MENTARI 11

21 3 0
                                    

Pagi ini, mentari bersinar sama seperti mentari yang nyata, aku seperti orang gila kata bunda, senyum senyum tidak jelas.

Bagaimana tidak senyum jika mengingat kejadian tadi malam, dimana aiden benar benar mengungkapkan perasaannya.

Tapi aiden sebentar lagi akan pergi, hanya jarak yang menjauhkan kami, mungkin takdir tidak?

Hari ini karena hari libur, sebenarnya tidak libur tapi karena kami sudah menyelesaikan ujian jadinya kami dibebaskan.

Aku hanya uring uringan tidak jelas dikasurku, bang laskar masih tertidur pulas, satu minggu lagi dia akan menyelesaikan ujiannya dan akan menjadi anak kelas 12 sedangkan aku kelas 10, em cepat sekali rasanya apalagi tanpa ayah, sungguh aku sangat merindukan ayah, dan lagi lagi aku menangis.

Aku baru ingat aku punya buku note book yang kemarin aku beli bersama rasya, tidak salah aku menulis buku tentang aiden.

Kertas berwarna hitam itu sudah terisi dari setengah bagian tinta putihku.
Entah buku ini bisa mengisahkan perjalanan anak kecil yang sedang berbunga bunga ini sampai suatu saat akan menjadi orang dewasa.

Setelah bosan menulis aku menonton drama korea, aku bukan penggemar berat hanya saja aku senang menonton dikala waktu luangku saja.

Suara ketukan pintu terdengar, aku beranjak dari tempat tidur untuk membukakan pintu

Setelah aku membuka pintu disana terlihat lelaki menggunakan kaus hitam dan celana selutut. Dia adalah aiden

Aku teriak bagaimana bisa aiden datang, tidak tidak aku bodoh sekarang dia sudah menjadi pacarku pantas saja dia datang.

"Menta jangan teriak teriak, kamu pikir ini hutan"
teriak bang laskar

"Abang juga teriak"
balasku sengit

Aiden hanya tertawa sambil bersender didekat pintu, pria dingin ini memang selalu begitu untung saja dua curut itu masih bertahan bersahabat dengan aiden.

Aiden sudah dibawah, sedang bermain ps bersama bang laskar. Setalah selesai mandi aku turun bergabung bersama mereka, aiden bilang ingin bertemu bunda.

Hari sudah sore, sebentar lagi bunda pulang, jujur saja berat rasanya membiarkan bunda pulang larut, bang laskar juga seperti itu, setelah lepas SMA bang laskar ingin melanjutkan ke oxford semoga saja bisa masuk di kampus itu.

"Aiden sudah izin"
tanyaku setelah duduk didekat bang laskar.

Aiden tidur diatas sofa, jangan heran dia sudah biasa disini dia cukup dekat dengan bang laskar.

Jawaban aiden hanya berdehem, pria ini memang tidak jelas kadang dingin kadang lucu kadang perhatian. Seperti sekarang dia bermain dengan rambutku seperti tidak ada kerjaan saja.

Bunda pulang saat hampir magrib tiba, bunda membawa makanan, tadinya aiden ingin pulang tapi bunda mengancam aiden akhirnya dia ikut makan malam bersama kami.

Malam sudah larut aiden pamit untuk pulang, aku mengantarkan dia kedepan pintu utama, dia mengacak rambutku dan hanya kubalas dengan senyuman

MENTARI✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang