MENTARI 29

16 3 0
                                    

"Abang kapan berangkat?" Tanyaku, di kala sarapan pagi kami.

"1 bulan atau 2 bulan lagi"

"Abang jaga diri ya" kataku

Bunda hanya tersenyum lalu menggeleng.

"Bunda berangkat ya" dia mencium kening kami.

Setelah bunda berangkat, aku juga berangkat sekolah, bang laskar ya seperti biasa diam dirumah.

"Rasya" panggilku

"Mentari pagi"

"Bagaimana dengan aiden?" Kali ini dia yang bertanya

"Sejak seminggu dari rumah sakit, aku ga pernah dengar kabar dia lagi, mungkin sudah sangat lama, semoga saja dia tidak lupa" kataku dengan tawa ringan.

"Mau bagaimana lagi menta, tapi aku yakin aiden tidak akan pernah berpaling"

"Aku juga yakin itu rasya" kataku.

Pelajaran pertama, hari pertama untuk kelas 11, dan hari pertama bersama rasya.

Setelah banyak coret coretan dikertasku, terdengar sudah bel istirahat yang sangat menjadi favorit semua pelajar.

Satu meja, 4 mangkuk bakso, dan celotehan dari aryo sedangkan galaksi dan rasya hanya menanggapinya kadang, aku? Kenapa aku juga merasa aneh, perasaanku tidak enak, seperti ada yang aku takuti.

"Gila ya gua bilang i love you ke miss vanilla, dia malah bilang i hate you" celoteh aryo.

"Lo tinggal cari yang lain gampang, bu susi nganggur" ujar galaksi datar.

"Mentari kamu kenapa?" Tanya rasya

"Em itu anu, aku gapapa" kataku dengan tersenyum.

Setelah bel masuk berbunyi, sekarang pelajaran sejarah tapi sungguh ini benar benar tidak bisa aku paksakan, perasaan ku benar benar tidak enak.

Aku hanya memandang papan tulis dengan tatapan kosong, ada apa ini, kenapa semuanya tiba tiba begini.

Ponselku berbunyi, dari bang laskar.

"Kenapa bang?" Tanyaku

"Bunda kecelakaan"

Satu kalimat, membuat jantungku rasanya berhenti berdetak, bunda, kenapa, sekarang bunda bagaimana.

Aku melajukan mobil ku dengan kecepatan diatas rata rata, tangan ku sudah keringat dingin, air mata ku rasanya akan tumpah.

Aku berlari dilorong rumah sakit, mencari ruang icu.

"Abang" panggilku

Dia memelukku, tanganya dingin, matanya memerah artinya dia menangis, laki laki ini menangis. Separah itukah bunda.

"Dua jam yang lalu bunda kecelakaan, tadinya bunda ingin mengambil mobil, sekertarisnya sudah menawarkan akan membantunya karena kondisi bunda yang kelihatan lemah, tapi bunda tidak mau, bunda menyetir sendiri, sampai kehilangan keseimbanganya dan mobilnya hancur menabrak truk"
jelas bang laskar dengan suara yang kecil.

Rasanya aku ingin menutup telingaku, rasanya ini semua mimpi, kenapa harus terjadi pada bunda?

"Bang kita ga seharusnya kasi bunda izin pergi, ga seharusnya kita kasi bunda kerja bang" tangisku sudah tumpah didada bang laskar.

"Ga ada yang salah menta, ini sudah jalannya, doakan saja bunda agar bisa melewati masa kritisnya"

Aku menangis, duduk diam, seperti semuanya mimpi, seperti semuanya menghentikan jantungku.

MENTARI✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang