MENTARI 32

18 3 0
                                    

Rasanya cerita ini kehilangan alurnya, mentari kehilangan terangnya, buku hitam ku juga kehilangan pena nya.

Tapi bagaimanapun aku tetap percaya, rencana tuhan terbaik, apapun itu sesulit apapun itu, tuhan tidak pernah diam.

"Mentari"

"Masuk bang" selalu saja aku tersenyum hangat.

"Kamu selalu seperti bunda, senyum hangat seperti bunda" dia mengelus rambutku.

"Tuhan ingin aku sebagai wanita kuat juga seperti bunda"

"Abang mau ngomong"

"Dari tadi abang ngapain" kataku polos

"Apa perlu abang tidak pergi ke oxford?" Tanya nya

Aku menatapnya dalam, disisi lain hidupku akan sepi, ceritaku juga semakin kosong, aku masih banyak membutuhkan seorang seperti bang laskar tapi disisi lain aku tidak boleh egois, ini mimpi bang laskar.

"Abang, aku sudah besar, sudah akan dewasa, kehilangan seperti ini juga banyak mengajarkan ku pelajaran baru, mulai dari mengikhlaskan, seperti abang, abang harus pergi, buat bunda bangga, aku bisa jaga diri disini bang" kataku menatap bang laskar dalam.

Bang laskar terdiam, pilihan yang berat, tapi bagaimana lagi, puluhan ribu orang bermimpi masuk ke sana, apa iya bang laskar akan menutup diri dari puluhan ribu orang itu.
Dia memeluk ku, mengelus rambutku kembali.

"Janji dengan abang, kamu jaga diri baik baik, abang ga mau dengar hal buruk tentang hidup kamu menta, maafin abang".

"Untuk apa abang minta maaf, ini keinginan menta, ingin lihat abang pergi, janji bang disana abang belajar yang tekun, buat menta bangga dan buat bunda tersenyum disana"

Dia mengangguk, waktunya kini menta belajar dewasa, bukan anak kecil yang makan es cream lagi.

♥🌹♥

Hembusan angin pantai, terasa tenang, sore hari dengan warna orange dilangit, tidak terlalu jelas bahkan dominan biru.

Genggaman tangan dari laki laki disampingku tidak pernah terlepas, berjalan dibibir pantai, pijakan kaki yang ditutupi ombak.

Duduk di bawah pohon kelapa, aiden bilang, biar kita nikmati senja sama sama.

"Apa yang kamu rasakan, sudah satu tahun kita bertahan dengan jarak?" aiden, dia membuka suara.

"Kamu bosan?" Tanyaku

"Aku yang bertanya, tapi kamu menjawabku dengan sebuah pertanyaan, aku tidak pernah bosan menta, aku hanya takut kamu yang bosan" katanya sambil mempermainkan jari ku.

"Banyak orang yang aku temui, banyak jalan yang aku lewati aiden, tapi kamu orang yang tidak pernah aku rasakan bosan sejauh apapun perjalanan kita"

"Bertahan satu tahun lagi menta, aku akan kembali aku janji"

"Berapapun itu aiden, aku tidak pernah mengukurnya, tidak peduli bagaimana rasa rindu yang setiap hari ku rasakan, karena apa? Banyak orang yang meyakiniku kamu harus kembali"

Jingga semakin terlihat, semakin indah saja, apalagi pantai dan ombak itu sedang tenang, hanya suara air, lalu senyuman bisa bersama laki laki ini lagi, walaupun aku tau ini hanya sebentar tapi tak apa, terpenting dia sudah disini.

MENTARI✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang