Pagi, pukul 05.45 aku mendapat telphone dari kantor bahwa siang ini aku ditugaskan berangkat ke Surabaya bersama timku untuk menuruti permintaan pak mentri memeriksa keuangan salah satu perusahaan BUMN yang terindikasi terjadi kecurangan.
Aku yang kala itu setengah sadar, langsung ngibrit menyiapkan segala keperluanku untuk lima hari kedepan. Mondar-mandir kesana-kemari masih dengan mata setengah terbuka dan otak yang masih loading lama bukanlah ide yang bagus memang. Bahkan sunnahnya ketika bangun tidur itu seharusnya duduk sejenak, minum dulu, barulah beraktifitas, bukannya langsung ngibrit seperti ini, alhasil? kejedut pintu lemari beberapa kali konsekuensinya.
Kurang lebih tiga puluh menit mondar-mandir koper kecilku sudah terisi penuh dengan seragam kerja, alat mandi, dan pakaian tidur untuk lima hari. Nah baiknya sih setelahnya kita mandi, sarapan, lalu baca-baca track ricord perusahaan untuk menambah wawasan, namun bodohnya diriku bukannya langsung mandi dan bersiap pergi malah melipir ke kasur dan bersiap tidur lagi.
Alhasil, aku kebablasan tidurnya, ngga sempat sarapan dan ngga sempat mandi juga, hanya memakai deodoran dan parfum aku ngibrit ke ruang makan yang hanya menyisakan tudung saji tanpa makanan, karna sudah kesiangan aku buru-buru memesan taksi online, diiringi ocehan ibu yang selalu bilang "tuhkan.... ngga denger sih!" Di tiap akhir kalimatnya, aku yang pada dasarnya anak baik hanya bisa nyengir sambil sesekali berdecak kesal karna terus-terusan ditolak driver dan diceramahin ibu tapi ceramahnya tidak memberi solusi, sekarang siapa yang ngga kesal coba?
Namun ceramah ibu itu kadang bikin kesel tapi kadang terselip doa yang mustajab, ngga lama dari tolakan terakhir aku mendapat driver yang kalau dilihat dari profilnya bapak-bapak tua dan dengan bayaran yang bikin tepok jidat. Ngga salah sih, wong aku memesan di waktu sibuk, dan ke bandara pula, siapa pun pasti bakalan tepok jidat, coba kalo pagi? Ngga bakal begini kan?
Lima menit berlalu suara klakson mobil terdengar, cepat-cepat ku hampiri ibu berpamitan dan di akhiri kata maaf karna sempat berdecak kesal.
"Hati-hati mba!" Teriak ibu dari dapur.
"Iya!" Sahutku dari teras. Ngga sopan sih, tapi ngga mungkin balik lagi cuma untuk bilang "iya" kan?
"Siang mba, atas nama mba Farasha?" Ku tolehkan kepalaku ke belakang sejenak dan kulihat sebuah mobil jezz hitam terpakir dan ada seorang pria muda yang tersenyum dibelakang kemudi.
Ku tuntaskan menutup pagar terlebih dahulu, lalu ku hampiri mas-mas tadi. Perasaan nih ya, yang menerima pesananku itu bapak-bapak tua, tapi mobil dan platnya benar.
"Masnya pak Firman?" Ku lihat mas-mas tadi turun dan berjalan mendekatiku, membuatku mundur beberapa langkah.
"Maaf mba, itu nama bapak saya. Tadi akunnya kebuka sedangkan bapak saya lagi sakit. Jadi, dari pada di cancel jadi saya saja yang terima. Ngga papa kan mba?" Awalnya aku ragu, kalau kata ibu nih kita tuh ngga boleh asal percaya sama orang, kalau nanti diculik bagaimana?
Tapi, karna aku sudah sangat kesiangan dan sudah di tunggu timku di bandara, akhirnya aku iya kan saja. Lagi pula kalau dilihat dari pakaiannya yang bersih dan sikapnnya yang sopan, lumayan mengikis keraguan walau masih ada rasa ragu berlebihan itu.
Sepanjang perjalanan aku berusaha terus fokus dan terus tersadar, siapa tahu dia menghipnotis melalu obrolan singkat yang membuatku ngantuk kan? Walau sebenarnya kantuk itu bukan berasal dari suaranya yang membuai, tapi karna akunya yang pelor.
At least setengah jam perjalanan dari rumah ke bandara dan kini tinggal 15 menit lagi sampai, aku sama sekali tidak menyimpulkan ada kejanggalan, semuanya normal. Bahkan masnya sangat baik dan care, kalau boleh jujur sebenarnya aku menyesal karna sudah menolak permen dari masnya, padahal aku butuh untuk menghalau mulutku yang bau karna tadi lupa gosok gigi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARA'S WEDDING STORY
SpiritualPertemuan tak terduga ku alami bersamanya, aku yang kala itu tengah terburu-buru menjatuhkan buku agendaku tepat didepan kakinya. Kau tak perlu berangan lebih dengan kejadianku kala itu, tidak ada adegan romantis dua anak manusia yang mengambil buk...