24/07/20
Hai, kami kembali...
Harusnya part ini di up besok, tapi karna takut ngga kepegang akhirnya aku up hari ini
Maafin kalau ada typo, salah konjungsi, atau rada gengges...
Kalau pun ada, please tell me ya?
enjoy...
***
Kalian pernah barada di titik terendah?
Jika pernah, berarti kita sama. Aku pun juga pernah berada di titik terendah, bahkan jauh sebelum kejadian meninggalnya Ayah yang begitu tiba-tiba, dan tak ada kejadian lain yang lebih menyakitkan dari pada itu. Bisa ku bilang meninggalnya ayah menjadi titik terendah paling menyakitkan yang pernah ku rasakan. Namun, bukan kesedihan itu yang ingin ku ceritakan hari ini padamu, bukan pula menceritakan hal pilu lainnya yang pernah terjadi dimasa remajaku. Bukankah itu masa lalu? Cukup jadikan itu sebagai cerminan dan pelajaran hidupmu bukan sebagai panduanmu, sebab panduan masa lalu hanya membuatmu berputar dalam rasa kecewa, marah, dengki hingga benci pada tuhanmu. Tapi, jika masa lalu kita jadikan cerminan dan pelajaran hidup aku jamin bukan sakit yang semakin menyebar, tapi obat mujarab yang seketika menyembuhkan, karna aku yakin jatuhmu akan Allah ganti dengan yang lain, salah satunya ini.
Malam ini, aku dibuat kagum pada sosok laki-laki yang masih asyik bercerita tentang masa kecilnya dengan mata bebinar. Siapa lagi kalau bukan bapak Nuraga, pria satu-satunya yang Ayah amanah kan atas aku sebelum beliau menghembuskan nafas terakhirnya, deuh... so sweet ngga tuh?
Anggap aku kecintaan atau apalah dan ku mohon maklumi saja. Sebab, pertemuan kami saja tak kusadari, pernikahan pun terjadi dalam semalam, tak ada intermezo atau pun introlut layaknya lagu masa kini. Yang pada intinya pernikahan kami terlalu to the point, bermodal bismillah langsung halal. Jadi jangan salahkan aku yang begitu excited menceritakan banyak hal tentangnya. Sungguh, bukan berarti aku bahagia diatas kesedihan orang, karna menikah setelah duka tidak pernah dan tidak akan pernah ada dalam bucket list-ku. Tapi, seperti yang ku katakan, jatuhmu hari ini akan Allah ganti dengan yang lebih baik, layaknya hidup pasti ada siklus lahir kemudian meninggal, bukan begitu?
Back to topic, setelah kejadian mas Raga terkunci diluar selama dua puluh menit, mahakarya dari keteledoran seorang Farah Farasya, kini aku dan mas Raga tengah menikmati jalannya forum mini yang kami gawangi. Walau sebenarnya ingin ku sudahi setelah melihat wajahnya yang tak lagi seprima tadi pagi, namun aku pun merasa tak rela, sebab Cuma dengan ini aku bisa mengetahu banyak hal secara perlahan tentangnya.
"Mas, ngga bobo aja? Sudah lima kali nguap loh," ujarku lembut sambil mengelus kepalanya yang masih anteng dalam pangkuanku.
"Sebentar de, ini belum klimaks ceritanya." Ujarnya dengan kalimat yang sama dengan beberapa menit yang lalu.
Lagi-lagi aku hanya menghembuskan nafas beratku. Bukan apa-apa shay. Mas Raga ini baru saja pulang sejam yang lalu, bahkan dia cerita waktu istirahatnya Cuma dua jam sebelum terbang ke Bali dan satu jam kurang dalam perjalanan pulang, apa yang dirasa dengan tidur yang belum genap tiga jam?
"De," panggilnya.
"Hmmm?" sahutku.
"Ada hal yang belum kamu ketahui tentang mas, kamu mau tahu?" Tanyanya yang membuatku segar seketika, kantuk yang sebelumnya ku coba tahan meluap entah kemana, saat mata itu menatap mataku lembut.
"Tapi mas minta, jangan ilfeel ya?" Duh kan, aku jadi makin penasaran.
"Janji in sya Allah," ujarku lembut. Untukku tak seharusnya seorang istri ilfeel dengan suaminya sendiri, kan? Apalagi saat tahu masa lalunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARA'S WEDDING STORY
SpiritualPertemuan tak terduga ku alami bersamanya, aku yang kala itu tengah terburu-buru menjatuhkan buku agendaku tepat didepan kakinya. Kau tak perlu berangan lebih dengan kejadianku kala itu, tidak ada adegan romantis dua anak manusia yang mengambil buk...