ARA'S WEDDING STORY

718 48 0
                                    

23 Juni 2020

Hai, thank's for supporting me, 
Minggu ini cukup dulu ya 3 part yang up, untuk stock fakum beberapa hari kedepan.

is it okey? 
Tapi tenang aje say, Ara dan Raga akan tetap hadir until at the end story kok,

Dan, sebentar lagi akan up cerita baru yang In Sya Allah akan menemani kalian yang mulai sibuk dikantor atau untuk kalian yang masih sibuk menghitung hari, menunggu kapan bisa masuk lagi.

Pesan ku masih sama, Stay healty and keep positif thinking, oke?
Jangan lupa kritik dan saranya say...

Raga's Side

Pagi ini seperti pesannya semalam, Mama datang dengan heboh sambil membawa banyak makanan kerumah Ibu. Ibu yang mulanya sedang duduk tenang di ruang keluarga sambil membaca Yasin dibuat kaget dengan salam Mama yang cenderung lebay.

Sebagai anak aku hanya bisa tersenyum malu melihat tingkah Mama tanpa protes, karna pada dasarnya aku tahu apa tujuan Mama seperti itu, apalagi kalau bukan untuk membuat Ibu terhibur. Dan untungnya Ibu memberi reaksi positif, beliau tersenyum lebar dan menyabut Mama dalam pelukan. 

Tak kalah heboh dengan Mama, Papa pun sama. Beliau datang dengan empat kantung besar berisi kue dan makanan ringan, serta tas selempang gemas Mama yang tak luput dari genggamannya. Inilah yang selalu ku kagumi dari sosok Papa. Beliau tipikal pria yang sweet dan ngga banyak omong. Hal yang tak ernah ku temui dari banyak pria di diri Papa adalah ketika dia yang ngga pernah malu membawakan tas gemas Mama yang nampak jomplang dengan tampilan coolnya, dan itu tidak terjadi hanya di masa awal pernikahan saja, tapi hingga kini di usia pernikahan mereka menginjak 28 tahun lebih. 

"Pah, " ujarku sambil menyalami  tangannya terlebih dahulu, lalu mengambil alih barang bawaannya minus tas gemas Mama. Dari ekor mataku, ku lihat Ara yang baru saja mandi, dengan cepat menuruni tangga dan mendekati Papa yang mulai tersenyum manis menyambut mantu kesayangannya.

"Sehat nak?" Tanya Papa basa-basi. 

"Alhamdulillah, harusnya Ara yang tanya begitu ke Papa. Ara jadi malu," ujar istriku malu-malu. Halah-halah, gemasnya kau sayang.

Itulah sisi lain Ara yang baru ku ketahui pasca menikah, walau dari tampilannya dia nampak sedikit tomboy, namun Ara tetaplah sosok wanita pemalu yang mudah memerah saat digoda. 

Beralih dari Papa kini kita ke Mama yang entah sejak kapan sudah berpelukan dengan Ara. Wajah Mama nampak sendu kala melihat Ara, sedang Ara? Dia hanya tersenyum dan menerima dengan pasrah perlakuan Mama.

"Jangan sedih lagi sayang, Mama disini siap menghibur Ara" Ucap Mama padanya.

"Nah, ini. Anak nakal yang susah sekali Mama hubungi, mentang-mentang sudah punya istri. Mas ngga mau minta maaf?" Ujar Mama membuatku seketika nyengir kuda. 

Ku akui, dulu selama masih sendiri Mama selalu menjadi prioritas utamaku, bahkan Mama cuma WA  "P" saja sebelum terbang pun langsung ku balas, tapi sekarang rasanya kok sulit untuk memegang HP barang sebentar. Namun, perlu digaris bawahi, bukan berarti aku melupakan Mama begitu saja dan memilih bersama istri seperti argument-nya tadi, tapi memang keadaannya  saja yang mengharuskanku seperti itu. Bahkan semalam aku masih di sibuk menyelesaikan surat-surat kematian Ayah serta penyelesaiaan administrasi rumah sakit yang harus diselesaikan malam itu juga. 

Walaupun begitu, aku tetap menghubunginya selagi sempat kan? Buktinya aku tahu kalau Mama akan datang ke sini.

Tak mau semakin dianggap durhaka, ku letakkan barang-barang yang masih di tangan ke lantai sejenak lalu mendekati Mama yang sudah akting bertolak pingganng, Ah lucunya Mamaku ini.

ARA'S WEDDING STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang