04/10/20
Hai, I am back. berharap kamu masih disini mantengin mas Raga dan dik Ara ya.
Tapi, kali ini aku belum bisa menunjukkan keuwuan mereka, akan ku ganti dengan keuwuan lain yang mudah-mudahan bikin ati kebat-kebit ya shay ^-^
But, any way pesan aku masih sama untuk kalian. Jaga kesehatan, Jaga pola makan, dan pola tidur.
Enjoy...
***
Jodohmu adalah rahasia tuhanmu. Kau yang dulu didekati banyak pria belum tentu akan berakhir dengannya. Orang bijak pernah berkata perjalanan cintamu adalah proses pendewasaanmu akan sebuah komitmen. Lalu apakah cintamu saat ini fana? Jawabannya ada pada dirimu, orang lain mungkin bisa berpendapat namun belum tentu sesuai denganmu. Itulah mengapa orang bijak itu berkata, sebab nanti kau akan tahu apakah cintamu saat ini nyata atau maya.
Ketahuilah proses pendewasaan ini dapat terjadi dengan siapa pun, tak mengenal usia tak mengenal kasta juga tak mengenal keadaan. Mungkin hari ini kau merasakan cinta menggebu, lalu bagaimana esok, Who knows? inilah yang dirasakan Tia, si gadis cantik yang dari sejam lalu mencurahkan isi hatinya pada sang kaka. Tak peduli dengan Ara yang malah sibuk mengorek-ngorek rentetan highlight story suaminya, seolah mencari sosok wanita masa lalu yang mungkin akan seru dibahas ketika suaminya libur nanti.
"Ih atuh si kaka, denger ngga si aku ngomong? Malah ngeliatin langit" Protes Tia yang sudah berderai air mata malah di tinggal si Kaka yang semakin tenggelam dengan rentetan story suaminya.
"Salah kayanya kalau cerita sama kaka" Jawabnya sendiri, sambil beranjak pergi.
Melihat itu Ara seketika menegakkan kepala, melihat kepergian Tia yang sama sekali tak berniat menutup pintu kamarnya. "Eeeh, DASAR BOCAH SEMPRUL!" teriaknya kemudian sambil menutup kencang pintu kamarnya.
Ada kalanya dua anak perempuan disatukan nampak seperti pranko dengan amplop, namun ketika mereka berbeda rasa, mungkin definisi satu frekuensi tak nampak pada mereka. Mereka akan menjadi dua manusia asing yang lebih memilih merasakan perasaannya masing-masing.
"Loh ade, kenapa lagi sih? Kenapa kaka teriak-teriak begitu?" Tanya Mimi bingung, apalagi saat si sulung berteriak sambil menutup pintu tak berakhlak.
Ditegur sang ibu, Tia malah berlari dan berhambur pada pelukannya. Tak peduli ada sosok Dewa yang melihat mereka dengan seksama. Dengan sabar Dewa menunggu sambil tersenyum maklum dengan tingkah Tia yang tiba-tiba mellow. Anggap, ini adalah kesempatan untuknya melihat sisi lain dari manusia jutek yang selama ini selalu bermuka masam padanya.
"Atuh si Ade, malu ih sama mas Dewa tuh. Sok ke kamar, ibu mau ngobrol dulu sama mas Dewa." Ujar Mimi sambil mengurai pelukannya. Menyadari ada sosok lain diantara, tak ayal membuat Tia lari terbirit-birit ke kamarnya karna malu. Ya atuh, udah kepalang basah mau gimana?
"Ade disini aja, ade nyimak obrolan ibu sampe selesai." Sahut Tia manja sambil mengelap hidungnya yang basah dengan tissue yang Dewa sodorkan.
"Maaf ya mas Dewa, Tia emang begini." ujar Mimi tak enak hati. Dewa Kembali mengangguk sambil tersenyum maklum, baginya tak maslaah melihat drama yang baru saja dia saksikan. Sebab, baginya itu langka. Melihat Tia si jutek dapat bertingkah manja pada sang ibu.
"InsyaAllah bulan besok bu, doakan lacar." Jawab Dewa sopan.
"Emang lu mau kemana Wa?" Tanya Tia yang seketika mengusik pendengaran Mimi. Tak menyangka, gadisnya mampu berbuat tak sopan pada laki-laki yang usianya lebih satu tahun darinya.
"Ulangi ade, ngga sopan manggil mas Dewa langsung nama. Ibu ngga ajarin loh" protes Mimi yang disambut cengiran khasnya.
"Ngga papa bu, lagi pula saya sama Tia hanya beda satu tahun." Ujar Dewa mencoba melerai tatapan saling membunuh antara ibu dan anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARA'S WEDDING STORY
SpiritualPertemuan tak terduga ku alami bersamanya, aku yang kala itu tengah terburu-buru menjatuhkan buku agendaku tepat didepan kakinya. Kau tak perlu berangan lebih dengan kejadianku kala itu, tidak ada adegan romantis dua anak manusia yang mengambil buk...