22/07/20
Hai gais, apa kabar kalian semua?
Semoga sehat-sehat ya.
Sama halnya dengan next part Sandaran yang harusnya di up senin, Ara's wedding story pun sama gais. Hampura pisan nya? maklumlah, lupa-lupa sedikit mah manusiawi nya?
Nah, kita hari ini masuk ke sesi uwuuwu kalau anak muda bilang, semoga suka ya...
***
Raga's Side
Hari ini aku kembali bertugas mengudara. Mengendarai burung besi yang sudah lama menjadi sabahat masa mudaku, membawa ratusan penumpang yang ingin kembali bertemu sanak saudara setelah sekian lama terkurung aturan PSBB yang memupuk pohon rindu.
Merupakan kebahagiaan terbesar bagi kami, seorang pilot dan awak pesawat melihat para penumpang selamat dan tersenyum bahagia, setelah hampir dua bulan mereka berada di rumah, mengisolasi diri, hingga memendam rindu dengan keluarga yang berada di kampung halaman.
Walau keselamatan dan kesehatan kami tergadai di tengah pandemi seperti ini dan mengharuskan kami meninggalkan keluarga dirumah, namun kami tetap berlapang dada, sebab ini resiko profesi kami.
Dengan aturan protokol kesehatan yang ketat, aku menjalani serangkaian tes sebelum akhirnya diberi izin untuk terbang, ditemani Ara yang kini berada di luar. Kau tahu? Untuk pertama kalinya aku diantar seseorang kemari, setelah sekian lama hanya mengandalkan taksi sekarang malah diantar istri. Lucu sekali bukan? Walau awalnya aku sempat menolak, karna takut merepotkan dia yang katanya ingin kembali bekerja, namun harus kua akui "the power of wanita" memang ngga main-main apa yang keluar dari mulutnya memanglah yang paling benar dan selalu membuat kita mengalah.
"Ada yang beda nih suh? Sekarang tes kesehatan ada yang anterin," goda Capt. Ilman yang baru saja memasuki ruang kesehatan. Pertanyaan Capt. Ilman seketika membuat para petugas kesehatan menoleh, dan melempar pertanyaan lewat tatapan.
"Hahaha, ya gitu deh" jawab ku sekenanya. Sebelum alat tes swap mengobrak-abrik isi hidungku. Kau tahu rasanya? Tidak sakit memang, namun rasanya aneh dan ingin bersin.
"Ewhh, sakit ngga suh?" tanyanya saat alat Swap di tarik keluar oleh dokter.
"Loh, kemarin ngga toh bang?" tanyaku sambil mengusap-usap hidungku yang terasa semakin gatal.
"Ngga, wong ini hari pertama Saya terbang. Kemarin saya izin, istri lagi sakit typus" Jelas Capt. Ilman sambil berganti posisi denganku.
"Innalilah, terus-terus bang?" todongko.
"Ya mentok, udah ah. Mau konsentrasi nih" ujarnya yang seketika membuat kami yang ada disini tertawa. Seorang Capt. Ilman, si senior yang gagah bisa ciut hanya karna alat tes swap.
***
Setelah kuterima surat jalan, kini waktunya pamitan. Huh, sedikit berat rasanya harus meninggalkan Ara untuk bekerja, walau akhir-akhir ini dia sudah mulai tersenyum dan tertawa lepas, namun terkadang ku temui dia dengan mata memerah dan basah setelah sholat atau tilawah. Walau ku tak tahu apa alasan sebenarnya, karna dia sering kali berkilah saat ku tanya, namun ku yakin di bukanlah wanita kuat sepenuhnya. Bagaimanapun kehilangan orang yang paling di cinta merupakan titik terlemah semua orang termasuk seorang wanita yang kuat, sekuat apapun dia.
"Mas Kita pernah ketemu ngga sih?" Tanyanya tiba-tiba. Aku mengerutkan dahi bingung.
"Hmm? Kok Nanya gitu?" ujarku balik bertanya, sambil memasukkan beberapa map ke dalam tas kerjaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARA'S WEDDING STORY
SpiritualPertemuan tak terduga ku alami bersamanya, aku yang kala itu tengah terburu-buru menjatuhkan buku agendaku tepat didepan kakinya. Kau tak perlu berangan lebih dengan kejadianku kala itu, tidak ada adegan romantis dua anak manusia yang mengambil buk...