29/08/20
***
Hai selamat malam minggu, hari ini mas Raga dan dik Ara kembali lagi setelah sekian lama hibernasi.
Aku berharap kalian masih disini, mantengin kisah mereka disini..
hope you enjoy gais...
Pesanku masih sama, tetap positive thinking, jaga kesehatan.
Dan untuk kamu yang masih menunggu kepastian seperti aku, sini aku temani kamu lagi ya? ingin curhat? sok, aku akan menjadi pendengarmu yang paling caem...
salam sayang dari aku..
***
Walaupun himbauan pemerintah untuk tetap di rumah masih digalakkan hingga kini, namun bukan berarti jalanan di ibu kota akan terus sepi oleh pemakai. Lihat saja, barisan mobil yang mengular dan tak terurai, membuatku yang semula semangat ingin kerja seketika berubah haluan dan ingin bubar jalan. Menguap sudah rasa semangat itu entah kemana, tergantikan dengan bayangan empuknya Kasur dan dinginnya AC yang dinyalakan full mulai melambai-lambai di pelupuk mata.
Mungkin, akan berbeda cerita Ketika aku memilih naik kendaraan umum seperti TransJakarta atau pun kereta yang tidak akan pernah macet seperti ini. Namun, mengingat kondisi udara yang belum kondusif membuatku sedikit enggan untuk menaikinya, apalagi ketika membayangkan kami harus berdesak-desakan dengan penumpang lain semakin membuatku enggan pergi ngantor.
"Mas, pulang aja yuk? Males ade nih kalau udah macet begini" Keluhku untuk kesekian kalinya.
"Betul nih ngga jadi ngantor? Sudah setengah jalan loh de, balik lagi pun percuma karna macet juga." Aku pun membenarkan perkataan mas Raga, posisi kami sekarang memang sudah setengah jalan menuju kantor bahkan lebih. Tapi, malesin ngga sih kalau sudah macet begini? Mood pun sudah hancur berantakan.
"Ya tapi, udah ngga mood ade nih. Udah mana mas Bima bawel banget lagi." Ujarku sambal menunjukkan layer handphone-ku yang Kembali menampakkan wajah narsisi mas Bima disana. Galak-galak begitu, leaderku ini tipikal orang yang narsis loh. Bahkan dia sendiri yang memberikan foto ini di kontaknya, padahal aku sama sekali tak pernah meminta, intinya tiba-tiba saja sudah ada muka dia.
"Sabar ya, lagian cuma ambil data saja kan? Lepas itu kita pulang" Ujar mas Raga masih dengan stock kesabaran yang entah tinggal berapa.
Suka dibuat malu aku tuh dengan sikap mas Raga yang sabarnya ngga ketulungan, udah mana senyum mulu, ngga pernah marah, ngga pemilih apa yang aku suguhin suka dan kurang Sukanya dia masih tetap telen tanpa protes. Sedangkan aku? Manja, banyak mau, ngga sabaran, galak. Hih, pokoknya jomplang banget deh dari dia.
"Mas, boleh tau ngga, dulu Mama ngidam apa sampai mas Raga sesabar ini? Mungkin bisa aku aplikasiin kalo aku hamil nanti?!" Tanyaku sambil mengubah posisi dudukku menghadapnya penuh.
Mulanya wajah mas Raga menegang, namun perlahan memudar dan Kembali menunjukkan senyum manisnya yang ngga afdhol tanpa lesung pipinya yang tipis, ampun! Makin manis!
"Apa ya, mas juga ngga tahu. Mungkin cara Mama mendidik kali ya yang sedikit berbeda dari banyak ibu di luar sana, selain aku anak tunggal yang tentunya treatmentnya berbeda, juga anak yang pernah berada di keluarga brokenhome mungkin, jadinya Mama lebih banyak mengutamakan aku, sehingga terlihat berhasil cara mendidiknya. Atau nanti ade tanya Mama aja ya?" Ujar Mas Raga serius. Sedangkan aku hanya bisa manggut-manggut menyetujui.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARA'S WEDDING STORY
SpiritualPertemuan tak terduga ku alami bersamanya, aku yang kala itu tengah terburu-buru menjatuhkan buku agendaku tepat didepan kakinya. Kau tak perlu berangan lebih dengan kejadianku kala itu, tidak ada adegan romantis dua anak manusia yang mengambil buk...