03/09/20
Hai gais, aku kembali
kembali lagi lapak ini hanya sebatas imajinasiku, kalau ada yang kurang caem mohon di maklumi ya sayang. Ambil pelajaran baiknya buang buruknya.
pesanku tetap sama dengan sebelumnya,
salam sayang dari aku untukmu
***
Mulai malam itu, tak ada lagi kata insecure dalam dirinya. Sosoknya yang dulu sangar, berubah malu-malu dalam pelukan pria manis yang tak pernah berhenti mengucap kalimat "Terima kasih" dan kata sayang dalam berbagai Bahasa.
Kau tentu masih ingat dengan jelas bagaimana Ara muda bukan? Di usianya yang ke tujuh belas, disaat orang-orang membuka kado dengan suka cita, Ara malah sebaliknya. Si jagoan sekolah ini, dibuat galau untuk mencari cara menolak mentah-mentah kado cermin besar pemberian ibunya. Alasannya simple, baginya keberadaan cermin itu hanya membuat sempit ruang gerak kamarnya dan semakin memupuk rasa insecure dalam dirinya. Namun, pada akhirnya dia hanya bisa menerima kado iseng ibunya, dan membiarkan cermin itu teronggok di sudut kamarnya dan ditutup kain putih, miris.
Aneh memang sifat si Ara muda, disaat teman wanita sebayanya betah mematut diri di kamar mandi mall, Ara memilih kabur dan menunggu di luar layaknya pacar yang menunggu dengan sabar kekasihnya. Tentu hal itu tidak luput dari sebuah alasan, baginya tak ada yang berubah dari penampilannya. Penampilannya seolah nampak sama dari berangkat hingga pulang. Lalu, apa yang harus dia perhatikan di depan cermin? Simple sekali bukan?
Namun, semenjak malam indah itu, cermin seolah menjadi jantung penampilannya, cermin yang mulanya teronggok miris disudut kamarnya, kini sudah dia perdayakan sebagaimana mestinya. Dia tak lagi takut mematutu diri, karna sejak malam itu dia merasa diterima dengan baik oleh sosok laki-laki yang masih betah bergulung dalam pelukannya hingga kini.
"Mas, sudah mau dzuhur loh. Bangunlah, ade malu pasti nanti ibu tanya lagi "kenapa dikamar terus kak?" nah loh, aku harus jawab apa nanti?" Ujar Ara sambil mempraktikan nada bicara sang ibu yang begitu ia hafal di luar kepala.
Perlahan Raga pun membuka matanya yang berat, elusan tangan Ara di kepalanya membuatnya semakin nggan beranjak. Boleh dibilang Raga kecanduan dengan tangan lembut Ara yang masih setia mengelus kepalanya. Ah apakah ini yang dikatakan senior-seniornya dulu?
"Mas masih ngantuk, masih mau bobo" Ujar Raga manja. Ara pun tersenyum semakin cerah. Lelakinya yang manis kini bertambah menjadi laki-laki manja yang kadang menyebalkan. Bagaimana tidak? Ara ke bawah saja hanya untuk bantu-bantu ibu sebentar atau mengambil minum langsung ditanya-tanya, habis dari mana? Kok lama? Ngapain aja sih? Dan masih banyak lagi pertanyaan "bucin" yang membuatnya kewalahan untuk menjawab. Namun walaupun begitu Ara menikmatinya, dia menikmati perubahan sikap suaminya yang semakin manja ini.
Ah,kalau begini apa dia rela di tinggal suaminya dinas nanti malam?
"Makan siang dulu yuk, ade malu tahu. Apalagi tadi Tia juga nanyain kenapa kaka bangun siang, kenapa ke kamar terus. Kan aku bingung mas, turun yuk? Makan siang, habis itu mas ke masjid sholat Jumat. Ade juga mau packingin barang dinas mas Raga, ade juga mau ngerjain kerjaan yang numpuk tuh," Ujar Ara memohon pengertian.
Raga pun menghela nafas sejenak, kemudian menatap Ara yang nampak semakin cantik dimatanya. "Ade malu? Maaf ya, kalau gitu mas bangun." Ujar Raga, kemudian menegakkan tubuhnya sedikit tak rela lalu berjalan lurus menuju kamar mandi tanpa berbicara.
Hahhh, sudah Ara katakan bukan? Memiliki suami manja itu terkadang nyebelin, kadang nyenengin, dan kadang bikin merasa serba salah. Dan sekarang Ara diposisi merasa serba salah. Kalau dia boleh jujur dia juga ingin suaminya tetap disini bersamanya, namun ngga mungkin begitu terus kan? Apa kata orang? Lalu bagaimana nasib pekerjaan mereka?
KAMU SEDANG MEMBACA
ARA'S WEDDING STORY
SpiritualPertemuan tak terduga ku alami bersamanya, aku yang kala itu tengah terburu-buru menjatuhkan buku agendaku tepat didepan kakinya. Kau tak perlu berangan lebih dengan kejadianku kala itu, tidak ada adegan romantis dua anak manusia yang mengambil buk...