02• Asing.

542 43 12
                                    

“ada yang dulunya sedekat nadi, sekarang sejauh matahari.”
—Dasha Valerin—

~•~•~•~•~•~

Sesuai dengan permintaan Zico sebelum kelas dimulai tadi. Valerin menemuinya di lorong koridor antara fakultas nya dengan fakultas Zico. Mereka satu universitas, tapi Fakultasnya terletak berbeda gedung.

Valerin duduk di bawah pohon menunggu Zico datang, ia bingung dengan perasaannya sendiri, kenapa ia harus takut pada Zico? bukankah Zico itu kekasihnya? Tidak. Zico sekarang tidak seperti dulu. Valerin sudah merubahnya satu tahun yang lalu, ini salahnya. Sakit kan? Selama satu tahun Zico membenci Valerin, tapi mereka tidak memutuskan hubungan mereka, karena ini salah paham.

Flashback On.

“Co, aku bisa jelasin!” Valerin menggenggam tangan Zico erat. “please dengerin dulu!” ucap nya sambil menahan Zico supaya tidak pergi.

“mau jelasin apa lagi?” Zico menjeda kalimatnya. “semua udah jelas, Rin” lanjutnya sambil melepaskan pegangan Valerin.

“kamu salah paham”

“stop! gue gamau denger apapun yang keluar dari mulut lo!” gertak Zico sampai membuat Valerin terlonjak kaget.

tapi—”

“gue udah gapercaya sama lo!” Zico pergi meninggalkan Valerin setelah membentaknya.

Flasback off.

Bayangan saat Zico marah besar padanya masih selalu berputar dikepalanya. Valerin tidak akan pernah melupakan itu, karena itu adalah kali pertama Zico membentaknya. Tapi ia sadar, itu salahnya.

“Rin.”

Valerin tersentak dan keluar dari dunia lamunannya, beralih menatap Zico yang sudah berdiri disampingnya.

“ada apa ngajak ketemu?.” tanya Valerin to the point.

“gue mau ngomong sesuatu.” Ucap Zico tanpa sedikitpun melihat ke arah Valerin. Sebenci itu kah sekarang Zico padanya?

“apa?.” Valerin was was sendiri menunggu Zico bertanya.

“tapi janji lo akan nurutin kata kata gue.” ucap Zico dingin.

Semenjak kejadian itu, sepertinya Zico lupa dengan “aku – kamu” diantara mereka.

Valerin mengangguk. “apapun selain putus.” ucapnya dengan bergetar.

Zico menatap Valerin yang menatap lurus kedepan, tatapannya sendu, ada rasa takut didalamnya. Zico tau itu.

“gue gaakan pernah ngelepas lo.” Zico mengembuskan nafasnya pelan. “walaupun lo udah buat gue kecewa.” lanjutnya.

“maaf, Co.” lirih Valerin pelan.

“gue udah maafin lo, karena gue gamarah. gue kecewa.” Zico melihat kearah Valerin yang sekarang menunduk.

“gue gasuka lo nunduk gitu.” Zico menarik dagu Valerin agar mau menatapnya. “liat gue.”

Valerin tetap tidak mau menatap Zico karena matanya sudah memerah dan berair.

“liat gue, Rin!” sentak Zico. Valerin yang terkejut akhirnya menatap ke arah Zico dengan mata yang sudah siap menangis.

Kejadian itu membuat Zico menjadi orang yang kasar, bahkan pada Valerin.

“kenapa lo nangis?.” tanya Zico sinis.

“aku minta maaf, Co.”

“gue kesini bukan mau denger maaf lo.” Zico mengambil sejumput rambut Valerin yang menutupi wajahnya dan menyelipkannya dibelakang telinga Valerin. “gue mau ajak lo nanti sore.” ucap Zico. Nada suaranya mulai melembut.

Valerin tersenyum samar, ia merasa Zico yang dulu sudah mulai kembali.

“kemana?.”

“gausah banyak tanya, gue jemput ditempat biasa. jam tiga.” Zico pergi meninggalkan Valerin sendirian.

Bahu Valerin turun, ia menatap kepergian Zico, Valerin pikir Ziconya sudah kembali, ternyata masih belum.

Asing. Ada yang dulunya sedekat nadi, sekarang sejauh matahari.

^^

“Rin, lo dari mana aja? gue khawatir nyariin lo dari tadi.” Alfin memegang kedua bahu Valerin.

“ada urusan sebentar, lo— udah nunggu lama ya, Pin?.” ucap Valerin sambil tersenyum tipis.

“lumayan. tapi santai aja, ayo pulang.” Alfin menarik tangan Valerin agar masuk ke dalam mobilnya.

Dari dalam mobil, Valerin melihat Zico dan empat sahabatnya sedang berada diparkiran, mereka bercanda gurau seperti biasanya. Valerin sangat rindu bergabung bersama mereka. Terutama Zico.

“lo sabar. Semua ada jalannya.” ucap Alfin yang sadar bahwa Valerin melihat ke arah Zico.

“iya, Pin.” Valerin tersenyum.

Alfin tau, itu senyum menyakitkan yang terukir di bibir Valerin.

“lo sama Lifi gimana, Pin?” tanya Valerin tiba tiba.

“ga gimana gimana, Rin. Emang kenapa?.” Alfin melirik ke arah Valerin yang sekarang tersenyum jail.

“jangan bohong sama gue ” Valerin menyenggol lengan Alfin. “gue tau lo suka dia, kan?.”

“sok tau lo ah!” elak Alfin. Tapi ia tersenyum malu.

“cepet gaet, Pin, keburu lepas.”

~•~•

Hola! ❤

Gimana part ini? suka ga sama sikap Zico sekarang?

Next?

Mifta Sachfira.

ZIVAL •Long Story for Short Love•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang