29• Keputusan Akhir.

402 41 15
                                    

Valerin sudah memikirkan semuanya dalam satu malam, pikirannya hanya ada tentang masalah itu. Valeron saja ia bentak saat mengajaknya makan malam. Pintu ia kunci agar tidak ada yang mengganggunya berpikir. Tidak sia sia Valerin memikirkan itu. Akhirnya ia mendapat Keputusan Akhir dari permasalahan yang sedang dialaminya.

Pagi ini Alfin menjemput Valerin seperti biasanya. Valeron hanya memantau pergerakan Alfin pada Valerin. Tidak ada yang mencurigakan, karena Valeron yakin Alfin tidak akan pernah menyakiti Valerin.

“gue berangkat dulu, pamitin sama mama papa.” pamit Valerin. Valeron menyalimi tangan kakanya itu.

“kalo ada apa apa kabarin gue.” Valeron melirik ke arah Alfin yang sekarang juga memandang ke arahnya.

Valerin mengangguk. “oke.” Valerin membalikan badanya hendak menghampiri Alfin. Tapi ia malah berbalik lagi menghadap Valeron.

“ada yang ketinggalan?”

Valerin menggeleng. “maafin soal semalem. gue ga sengaja banyak lo.” ucap Valerin pelan.

no problem. gue paham.” Valeron menepuk pundak Valerin pelan.

thanks, gue berangkat.”

Valeron mengangguk sambil memperhatikan mobil Alfin yang sudah keluar dari pekarangan rumahnya.

liat apa yang bisa gue lakuin.’

~•~•

“jadi gimana?” tanya Alfin memulai obrolan dalam keheningan panjang.

“apanya?” Valerin menautkan alisnya.
“lo paham apa yang gue maksud, Rin.”

Valerin mendengus. “gue—” Valerin menggantung kalimatnya.

“iya?”

“gue mau lo ga nyakitin orang yang gue sayang lagi.” ucap Valerin cepat tanpa jeda.

“itu artinya lo bakal putusin Zico dan dengan senang hati nikah sama gue?”

Valerin menutup matanya mencoba meyakinkan hatinya. “iya.” ucapnya pelan.

Alfin tersenyum lalu mengelus puncak kepala Valerin.

thankyou, sayang.”

Valerin melihat keluar jendela, tak terasa bulir air mata menetes ke pipinya. Tidak, ia tidak boleh berubah pikiran. Ia harus mengakhiri semuanya hari ini juga.

semoga keputusan gue tepat.’

~•~•

Valerin masuk ke dalam kampus bersama Alfin. Keduanya berjalan beriringan sangat dekat, membuat yang melihatnya keheranan, termasuk Zico, Brylian, Dewa, Rendy, dan Beckham yang ada di sana. Valerin berjalan menunduk melewati Zico. Alfin yang mengetahui keberadaan Zico langsung merangkul Valerin mesra.

“lo apa apaan si.” ucap Valerin pelan.

“lo lupa?” Alfin memberi tahu Valerin keberadaan Zico menggunakan matanya. “mantan lo.” bisik Alfin.

“lo lupa? gue belum putus?” ucap Valerin.

“kalo gitu, putusin sekarang.” Alfin membawa Valerin ke arah Zico dengan tetap merangkul nya.

“haii, bro.” sapa Alfin pada Zico.

“lo ngapain rangkul pacar orang, gatau diri banget lo.” sewot Rendy pada Alfin.

“pacar orang? sekarang iya, mungkin beberapa menit lagi engga. ya kan, Sayang?” ucap Alfin dengan menekan kata ‘sayang’.

Valerin sangat canggung dan merasa sangat jahat sekarang. Mau tidak mau Valerin harus tersenyum dan mengangguk. “iyaa.” lirihnya sambil menatap ke arah Zico.

“lo ancem apa dia hah?!” teriak Dewa emosi. Brylian menahan pergerakan dari Dewa secepat mungkin.

“ancem? sorry bro, gue ga main anceman lagi untuk ini. lo bisa tanya sendiri sama calon istri gue.” Alfin mencium puncak kepala Valerin.

“Rin, jujur sama kita lo gausah takut sama dia, lo diancem apa sama dia?” tanya Beckham.

Valerin menatao Beckham datar. “Alfin ga ngancem gue, Tam. ini murni kemauan gue.” ucap Valerin dan berhasil membuat hatinya sakit sendiri.

“lo denger kan?” Alfin tersenyum remeh.

“Fin. bisa tinggalin gue sebentar? lo duluan masuk.” pinta Valerin.

Alfin mengangguk. “oke, kamu mau putusin dia kan? aku kasih kamu waktu buat putusin dia.” Alfin mengecup mengusap puncak kepala Valerin lalu pergi dari sana.

Setelah Alfin benar benar pergi Valerin malah tidak berani berbicara apapun pada Zico dan teman temannya.

“Rin, lo pasti diancem kan? jujur aja deh sama kita, kita bakal bantuin lo kok.” ucap Dewa.

“iyaa, ada kita lo gausah takut.” timpal Rendy.

“maaf, tapi emang Alfin ga ngancem gue ko Wok, Ren. ini murni kemauan gue” jawab Valerin pelan.

“lo bohong, Rin.” ucap Brylian.

lo yang paling paham, Bry.’

Valerin menatap ke arah Zico lekat, Zico juga menatap kearahnya membuat Valerin mati kata.

“Co, aku—” Valerin memejamkan matanya. “aku mau kita akhiri sampe sini, Co. semuanya udah susah buat di pertahanin.” ucap Valerin tanpa jeda.

Zico terus menatap ke arah Valerin.

“oke kalo itu yang lo mau.” jawab Zico. Valerin membulatkan matanya. Semudah itu Zico menerima ini semua? sedangkan dirinya harus menahan sesak semalaman.

“iyaa.” lirih Valerin.

Zico meninggalkan Valerin yang berdiri terdiam kaku. Diikuti oleh Rendy, Dewa, dan Beckham. Valerin menatap kepergian Zico dengan nanar. Apa Zico akan membencinya setelah ini?

Brylian memegang pundak Valerin. “gue tau apa yang lo rasain sekarang. lo bisa cerita sama gue kalo lo mau.” ucapnya.

Valerin tersenyum perih. “makasih Bry, lo yang paling ngerti.”

Brylian mengangguk. “sekarang lo masuk.”

“Bry, apa Zico bakal benci sama gue setelah ini?” tanya Valerin pelan.

Brylian menggeleng. “engga, dia gaakan pernah benci lo.”

“apa dia gaakan mau ketemu gue lagi?”

“pasti mau.”

“kenapa lo seyakin itu?”

“karena gue tau perasaan Zico ke lo. gue juga tau lo terpaksa soal ini. lo gabisa nutupin apa apa dari gue.” ujar Brylian.

Valerin tersenyum. “lo yang terbaik.”

Brylian tersenyum sambil menepuk pundak Valerin. “lo gaperlu khawatir soal Zico.”

thanks, Bry.”

~•~•

Aduh putus beneran ini maa😭 maafin aku ya wkwk jangan serang aku pleasee😜

Gimana menurut kalian part ini sudah ada tanda tanda ending? sad atau happy ni? hihi

Next?

Mifta Sachfira

ZIVAL •Long Story for Short Love•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang