“Padahal pernah dibuat kecewa. kenapa masih di perjuangkan?”
~
“itu semua karena Cinta.”~•~•~•~•~•~
“eh, Lif. Nanti pulangnya anterin gue beli jaket ya?” tanya Valerin pada Lifi yang sibuk merapihkan rambutnya.
“buat nonton konser pasti.” terka Lifi.
“iya dong jelas.” Valerin tersenyum memikirkan nanti saat dikonser dirinya dan Zico akan menikmati setiap lagu bersama.
“heh! lo gila ya senyum senyum sendiri.” Lifi melambaikan tangannya didepan muka Valerin.
“ah apaan si lo.” Valerin menepis tangan Lifi.
“kenapa lo ga minta anterin calon suami lo?” Valerin melirik kearah Lifi. “siapa? Zico maksud lo?” tanya Valerin.
Lifi menepuk pipi Valerin pelan. “sadar woy! Alfin lah masa Zico.”
“ogah, buat lo aja— gue udah punya Zico.” ucap Valerin mantap.
“males amat gue sama Cupin.” Lifi memutar bola matanya malas. “lo kenapa si— gamau dijodohin sama Cupin?” tanya nya.
Valerin melihat sekeliling memastikan bahwa tidak ada Alfin disekitar mereka. “ya kalo gue ga cinta gimana Lif?” Valerin menjeda. “gabisa dipaksain.” lanjutnya.
“kan setidaknya lo bisa coba jalanin dulu sama dia. cinta itu bakal datang dengan sendirinya ko kalo lo udah nyaman.” tutur Lifi.
“kalo gue gamau?”
Lifi mendengus. “ah terserah lo lah. pusing gue kalo udah ngomong sama orang yang gila cinta.” ucap Lifi. Valerin tertawa melihat ekspresi kesal Lifi.
“ya lo lagian. gausah nasehatin gue, Fi.” ucap Valerin.
“Verin!”
Valerin menoleh ke sumber suara. Dan mendapatkan Zico berdiri di ambang pintu kelas bersama Dewa.
“bentar, Fi” Valerin banhkit langsung menghampiri Zico.
“kenapa?” tanya Valerin pada Zico.
“pulang kelas ikut gue cari baju ya?” pinta Zico. Valerin langsung tersenyum. Matanya berbinar.
“oke.” jawab Valerin sambil membentuk huruf O dijarinya.
Zico mengulurkan tangannya untuk mengusap puncak kepala Valerin. Valerin terkejut. Sudah lama ia merindukan Zico seperti ini. Mereka bertatapan sangat lekat.
“ngapain lo diem disitu? mau ganggu orang pacaran?” sewot Dewa pada seseorang dibelakang Zico dan Valerin.
Valerin menoleh dan melihat Alfin berdiri dibelakangnya dengan tatapan tidak suka. Valerin bingung sendiri tapi tidak lama Zico menggenggam tangannya. Valerin menoleh ke arah Zico yang menatap Alfin dengan tatapan tidak bersahabat.
“masuk, Rin. bentar lagi bu Ayu dateng.” ajak Alfin.
“iya seben—”
“lo ribet banget. nanti juga Verin masuk kelas.” potong Dewa sewot.
“kok lo yang sewot?” ucap Alfin.
“apa? lo gasuka?” Dewa ingin maju tapi ditahan oleh Zico. “jangan disini.” desisnya. Dewa kembali mundur dan bersandar di tembok dengan mengangkat satu kakinya dan memasukan kedua tangannya kedalam saku celananya.
Valerin bingung, kenapa dewa tiba–tiba bersikap seperti itu pada Alfin. Biasanya Dewa selalu humble pada semua orang. Termasuk Alfin waktu itu. Zico juga semakin menatap Alfin tidak suka. Apa sebenarnya masalah antara Alfin dan mereka?
“lo masuk. pulang kelas chat gue. nanti gue jemput kesini.” ucap Zico pelan.
“okee, aku masuk ya.” Valerin tersenyum ke arah Zico dan Dewa sebelum akhirnya ia masuk kedalam kelas.
Alfin baru ingin berbalik tapi bahunya dicekal Zico. Membuat Alfin kembali menghadap kearah Zico.
“gue tau siapa lo sebenarnya. jangan macem–macem sama cewe gue.” Zico menekankan kalimatnya.
Alfin tersenyum miring. “itu bukan urusan lo. gue sama dia udah mau tunangan asal lo tau.”
Zico bersikap biasa saja tidak mau cepat tersulut emosi. Karena kemarin Valeron ingin menjelaskan sesuatu padanya mengenai Valerin dan Alfin. Zico menghempaskan pundak Alfin kasar lalu pergi dari sana.
~•~•
“jadi bener yang Athallah bilang?” tanya Beckham.
“iya. tadi gue sama Zico ketemu Alfin. terus gue liat kalungnya.” ujar Dewa.
“lo gaboleh kalah langkah dari dia, Co.” ucap Rendy.
“gue gaakan lepasin Valerin. gue sayang banget sama dia.” ucap Zico pelan.
“baguss.” Brylian menepuk pundak Zico.
“padahal lo udah dikecewain sama dia. tapi kenapa mau terus lo perjuangin?” tanya Rendy.
“itu semua karena Cinta.” jawab Zico sambil tersenyum mengingat wajah Valerin.
“wah gila! Zico jadi bucin sekarang gaes.” teriak Beckham heboh.
“diajarin siapa lu kaya gitu, Co?” tanya Rendy.
“Dewok.” jawab Zico sambil melirik ke arah Dewa.
“murid gue nih aduhhh.” Dewa mengelus dadanya.
“virus bucen lo jangan ditularin ke si Zico lah. kasian tampang kriminal masa bucin.” celetuk Beckham dan mendapat lemparan botol dari Zico tepat mengenai kepalanya.
“sakit, Co.” keluh Beckham sambil mengusap kepalanya yang sakit.
“gapeduli.” Zico bangkit lalu berjalan ke arah parkiran motor.
“mau kemana lo? masih ada kelas.” panggil Brylian.
“Marlchos.” jawab Zico santai.
“setan lo! ga ngajak kita.” Beckham ikut berjalan keparkiran lalu diikuti oleh Dewa.
“lo mau ikut Marlchos atau Kelas?” tanya Rendy pada Brylian yang masih duduk.
“lo, Ren?” tanya Brylian balik.
“ada yang enak kenapa cari yang susah. ayo Bry.” Rendy berjalan menyusul ketiga temannya. Brylian menghembuskan nafasnya kasar. Lalu ia bangkit dan berjalan menuju parkiran.
“ngikut aja lah gue mah.”
~•~•
Kenapa jadi bucinnnnnnnn ketularan siapaa sii wkwk
Brylian pasrah guys ikut aja sama empat temannya wkwk
Mifta Sachfira
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIVAL •Long Story for Short Love•
Teen FictionSQUEL of My Bad Boyfriend & My Possesive Brother. [ COMPLETED] Dasha Valerin. Wanita yang berhasil menaklukan hati ketua geng motor yang sangat terkenal dengan aksi brutal nya, mampu merubahnya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Masa SMA Zico dan...