35• Pernikahan.

576 46 15
                                    

Hari yang tidak diharapkan itu telah tiba, hari yang penuh kebahagiaan bagi setiap orang menjadi sebuah hari penuh kebencian. Tidak ada yang menginginkan hari ini datang diantara kedua insan tersebut. Semua terjadi karena paksaan dan keadaan yang sangat mencekam, ancaman ada disetiap sudut dunianya, tidak pernah memberikan rasa tenang sedikit pun walaupun di hari penuh bahagia ini.

Valerin memandangi wajahnya yang sudah dirias menjadi sangat cantik, memakai mahkota berwarna merah muda diatas kepala yang warnanya sangat serasi dengan gaun merah muda berpadu silver yang ia kenakan. Semuanya tampak sempurna dari atas sampai bawah, orang bisa melihat itu. Tapi tidak dengan hati dan matanya. Valerin terus meneteskan air matanya saat mengingat seseorang yang ia sangat mencintainya harus melihat ia menikah dengan pria lain.

“udah siap?” Valeron masuk kedalam ruang rias Valerin dan berjongkok didepannya.

“ini kakak gue? lo cantik banget kak.” puji Valeron yang sempat pangling melihat perubahan Valerin.

thanks, Ron.” Valerin tersenyum, tapi suaranya parau.

“lo harus bahagia di hari penuh bahagia ini kak.” ucap Valeron menggenggam tangan Valerin.

“pencitraan kalo gue bilang gue bahagia, Yon.” lirih Valerin.

“gue minta maaf, gue sama Alfin gabisa lakuin apapun lagi, gue—” ucapan Valeron terhenti ketika jari telunjuk Valerin berada di bibirnya.

“udah, Yon. gue tau lo udah berusaha, tapi semuanya gabisa diperbaikin.” Valerin sudah mengetahui semuanya, semalam Valeron sudah menceritakan tentang Alfin dan misinya yang gagal untuk menggagalkan pernikahan Valerin.

“Verin, ayo turun, udah ditunggu sama pak penghulu.” ajak Vallen.

Valerin berjalan menggandeng Valeron. Sampai di tempat dimana Ijab Qabul akan dilaksanakan, Valerin mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Zico. Valerin menemukan Zico berada di barisan kedua bersama keempat temannya. Zico tersenyum pada Valerin. Tapi Valerin tidak membalas senyumannya, melainkan malah meneteskan air matanya.

“jangan nangis.” bisik Valeron sambil mengusap air mata Valerin.

Valerin duduk disebelah Alfin. Alfin melirik ke arah Valerin.

“tenang, Rin.” bisik Alfin pelan. Valerin melirik ke arah Alfin dengan mata yang sudah memerah.

“bagaimana sudah bisa dimulai ijab qabul nya?” tanya penghulu pada kedua mempelai.

“sudah pak.” jawab Alfin lalu melirikke arah Valerin. Valerin mengangguk samar.

“jabat tangan saya.”

Alfin langsung menjabat uluran tangan pak penghulu. Penghulu itu membacakan ijab qabul yang akan diulang oleh Alfin.

Zico memejamkan matanya mendengar ucapan penghulu itu.

“saya terima nikahnya Dasha Valerin—” Alfin menghentikan kalimatnya lalu menatap Valerin yang menangis disampingnya. tentu itu membuat semua orang kebingungan terutama Arif— papah Alfin.

“apa apaan kamu Alfin.” ucap Arif marah.

“maaf pah, Alfin gabisa lanjutin pernikahan ini, kita sama sama ga bahagia pah, Verin punya ke bahagiaannya sendiri, dan itu Zico pah, bukan Alfin.” ujar Alfin.

Valerin menatap Alfin sambil terus menangis. Betapa baiknya sahabatnya itu. Selalu mengerti perasaanya.

“jangan bodoh Alfin.” ucap Arif.

Alfin tidak memperdulikan semua tatapan yang tertuju padanya. Alfin membantu Valerin untuk berdiri dan mengantar Valerin pada Zico.

“kalian berdua harus secepatnya bersatu, kalian yang harus nya bahagia di hari ini.” Alfin menyatukan tangan Zico dan Valerin.

Valerin terus menangis tidak peduli make up yang ia pakai luntur atau tidak karena itu tidak penting.

Zico menatap ke arah Arif yang sudah menatapnya penuh ancaman, Zico melepaskan tangannya dari tangan Valerin.

“sorry, Fin. gue gabisa.”

Valerin menatap Zico dengan bingung. Zico langsung pergi dengan cepat keluar dari tempat tersebut, Valerin mengejar Zico dengan gaunnya yang membuat ia sulit untuk berlari.

“Zico tunggu, Zico jangan pergi, Zico aku mohon berhenti, Zico!” teriak Valerin sambil mencoba berlari mengejar Zico.

Valeron, Alfin, Brylian, Dewa, Rendy, dan Beckham juga ikut mengejar Valerin. Zico menyebrangi jalan lalu berhenti berbalik melihat ke arah Valerin yang berlari kesusahan mengangkat roknya.

“maafin gue, Rin. gue lakuin ini karena gue sayang banget sama lo” lirih Zico.

Valerin menyebrangi jalanan tetapi di tengah jalan ia berhenti karena roknya menyangkut pada batu cadas dijalan itu, dari kanan jalan Alfin melihat ada truk yang melaju dengan kencang.

“Verin awas!” Alfin mendorong Valerin sampai terjatuh di bahu jalan. Valerin melihat ke arah Alfin.

“ALFIN!!”

“ZICO!!!”

brukk...

~•~•

Hola teman teman, gimana part kali ini?

Aku mau ingetin sesuatu, Siapin diri kalian untuk baca part besok ya! jangan lupa siapin tisu buat baca part besok oke! Karena part besok itu..... Ah dahlah nanti kalian baca sendiri aja 😂

Jangan lupa Vote dan Comment nya ya 💖

Mifta Sachfira

ZIVAL •Long Story for Short Love•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang