04• Air Mata.

536 40 29
                                    

“Maaf itu gampang. Lupa adalah sebuah proses yang panjang.”
–Sutan Zico–

~•~•~•~•~•~•~

“lo yakin gamau samperin Verin, Co?” tanya Brylian yang duduk disamping Zico.

“samperin dia?” Zico melihat ke arah Brylian. “buang–buang waktu.” ucapnya lalu beralih menatap Valerin.
“ya terus kenapa lo liatin terus?”

Zico terdiam dengan tatapan masih lurus pada Valerin yang jauh didepannya. “emang kenapa? kan dia pacar gue.”

“gue tau lo masih kecewa sama dia. tapi hati lo engga kan?” ujar Brylian.

“nanti si Verin capek ngadepin lo. baru tau rasa lo.” ucapan Brylian mampi menohok hati Zico.

“gue udah terlanjur kecewa, Bry.”

“gue tau. tapi kasian dia, Co. mending lo putusin dia. coba berani ga.” tantang Brylian.

Zico menatap sinis ke arah Brylian. “gue ga rela lepas dia”. Pandangan Zico beralih menatap Valerin yang sekarang sudah ditemani Alfin. “gue sayang dia”.

~•~•

“VERIN!!” teriak Lifi heboh saat Valerin dan Alfin masuk kedalam kelas.

“lo berisik banget si.” ucap Alfin.

“napa si lo. gue manggil Verin juga.” sewot Lifi sambil memukul lengan Alfin.

“Rin! Rin! Rin! Lo tau gaaaaa” ucap Lifi sambil loncat loncatan didepan Valerin heboh.

“apa si kenapa?” tanya Valerin bingung.

“tadi gue liat Naomi anak Multimedia nyamperin Zico dikantin. Dan lo tau? Dia menel menel ke pacar lo!” jelas Lifi heboh.

Valerin menatap kosong lurus kedepan, pikirannya terus berputar, ia mencoba tetap tenang. Bisa saja Naomi hanya terobsesi pada Zico. Dan yang terpenting Zico milik Valerin.

“gamungkin lah, tadi gue liat Zico dikantin sama Brylian.” ucap Alfin tidak percaya.

“mereka tuh lagi gaada kelas sekarang. Kan mereka tadi pagi ada kelas.” ujar Lifi tidak mau kalah.

“salah liat kali lo.” Alfin mencoba menyalahkan perkataan Lifi. Karena melihat ekspresi Valerin yang tiba tiba berubah.

“orang jelas jelas itu Zico. dan Zico nya pun ga nolak do grepe grepe smaa Naomi. Ew kalo gue jadi Zico, udah gue gam—” ucapan Lifi terhenti ketika tangan Alfin membekap mulutnya.

“mmph mmph— sakit bego, Pin!” hardik Lifi sambil memukul lengan Alfin.

Alfin memeberi tahu Lifi untuk melihat kearah Valerin menggunakan kode matanya. Valerin tertunduk lesu sambil memainkan jari–jari nya.

“Rin. sorry. gue gamaksud buat lo sedih.” Lifi memeluk Valerin dari samping.

i'm fine.” lirih Valerin.

“lo sih!” ucap Alfin menyalahkan Lifi.

Tidak lama setelah itu. Dosen mereka masuk kedalam kelas. Jika bukan mata kuliah produktif program keahliannya Valerin mungkin sudah keluar kelas sekarang. Mood nya sedang sangat buruk.

~•~•

Setelah selesai kelas. Valerin segera berlari ke arah kantin berharap menemukan Zico, atau paling tidak salah satu dari temannya yang bisa ia tanyakan mengenai Naomi dan Zico pagi tadi.

ZIVAL •Long Story for Short Love•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang