24• Hari Pertama.

386 39 2
                                    

Pagi - pagi Valerin sudah dibuat kesal oleh orang tuanya. Pasalnya ia harus berangkat dan pulang bersama Alfin mulai hari ini dan seterusnya. Bayangkan betapa kesalnya kalian jika berada diposisi Valerin.

Valeron sudah menceritakan yang ia dan Zico sepakati pada Valerin. Agar Valerin bisa dengan mudah mwnghindari Zico lebih mudah di kampus. Walaupun hanya berpura - pura.

“kenapa sih cemberut aja?” Alfin mencolek pipi Valerin membuat Valerin berdecak sebal dan memukul pelan dashboard mobil Alfin.

“apaan si colek - colek.” sewot Valerin.
Alfin tertawa. Ia harus sabar menghadapi Valerin. Karena ia benar benar ingin Valerin menjadi miliknya.
“lo chattan sama siapa si. serius amat dari tadi.” Alfin mencoba merebut ponsel Valerin tapi dengan cepat ditepis kasar oleh Valerin.

“ngapain si lo ah nyebelin banget.” gerutu Valerin.

Alfin hanya tersenyum sambil fokus menyetir membiarkan Valerin melakukan apa yang dia mau.

Valerin melirik ke arah Alfin. Kali ini Valerin merasa sesuatu yang berbeda ada di dalam diri Alfin.

Alfin ni bipolar apa gimana si. Sifatnya bisa berubah ubah’ batin Valerin.

Bipolar adalah gangguan mental yang ditandai dengan perubahan emosi yang drastis dalam waktu bergantian. Seseorang yang menderita bipolar dapat merasakan gejala mania (sangat senang) dan depresif (sangat terpuruk).

“kenapa liatin gue gitu? mulai suka lo sama gue?”

Valerin mengerjapkan matanya dan langsung memalingkan wajahnya. Ternyata Alfin sadar bahwa dirinya dari tadi memandangi wajah Alfin.

“apaan si, gajelas.” elak Valerin.

Alfin tertawa. “ketauan gamau ngaku. mukanya merah tu.” goda Alfin.

Valerin hanya memutar bola matanya malas. Akhirnya mereka sampai juga di kampus Alfin memakirkan mobil nya cukup jauh dari mobil mahasiswa yang lain.

“kenapa jauh banget si parkirnya?” tanya Valerin bingung.

“biar lebih lama jalan sama lo nya.” ucap Alfin sambil melepaskan seatbelt nya.

Valerin berdecak. “modus.” Valerin segera keluar dari mobil Alfin dan berjalan lebih dulu.

“Rin, tunggu!” Alfin mengejar Valerin dan berhasil menyamakan langkahnya.

Valerin melirik ke arah Alfin. “kenapa si lo mau dijodohin sama gue? padahal masih banyak cewe yang lebih baik dari gue.” tanya Valerin.

“yaa... karena lo cantik.” jawab Alfin tanpa berpikir.

“persetan! besok gue nyusrukin muka gue biar lo gamau sama gue lagi.” kesal Valerin.

Alfin tertawa kencang. “mau lo nyusruk atau apa juga gue tetep mau sama lo.” ucap Alfin.

“kayanya gue tau gimana caranya biar lo gamau sama gue.” ucap Valerin. Alfin menaikkan alisnya.

“gimana?” tanya Alfin.

“musnah dari bumi.” ucap Valerin ketus lalu berlari meninggalkan Alfin yang berdiri terdiam.

Alfin memandangi Valerin yang berlari meninggalkannya. Alfin tersenyum lemah.

“lo gabisa secepat itu musnah dari bumi. semuanya baru dimulai. dendam gue belum terbalaskan.”

~•~•

Disisi lain Zico, Brylian, Dewa, Rendy, dan Beckham sedang duduk di tepi taman. Mereka datang cepat karena akan ada tambahan materi yang belum terselesaikan. Beckham, Rendy dan Dewa sibuk memainkan skateboard nya. Sedangkan Brylian duduk mengamati Zico yang sejak tadi kerjaannya hanya marah - marah. Kalian tau, begini lah Zico jika sedang dalam mood yang tidak baik selalu marah. Semua yang dilakukan terlihat salah dimatanya.

are you okay, bro?”  Brylian menepuk pundak Zico.

Zico hanya mengangguk tanpa menoleh sedikitpun. Brylian juga melepaskan tangannya dari pundak Zico.

“Ren. Zico mana?”

Sayup sayup Zico dan Brylian mendengar suara Valerin yang sedang bertanya pada Rendy di depan sana. Rendy menunjuk ke arah Brylian dan Zico. Valerin langsung berjalan menghampiri Zico dan Brylian.

Valerin tersenyum senang karena dirinya bisa bertemu dengan Zico.

“Zic—” belum selesai menyapa Zico, tapi Zico sudah lebih dulu berdiri dan pergi dari hadapannya. Senyuman Valerin yang tadinya terlukis di bibirnya mulai pudar.

“Rin. sini.” Brylian menepuk kursi disebelahnya.

“Zico kenapa, Bry? ko dia jauhin gue?” lirih Valerin.

mood nya lagi gabagus. Beckham sama Dewa daritadi juga jadi mangsa omelan dia.” Brylian menepuk pundak Valerin pelan. “nanti dia juga baik lagi.” lanjut Brylian menenangkan. Padahal Brylian saja tidak yakin dengan ucapannya.

Valerin mengangguk samar lalu menunduk.

damn! apalagi ini, Tuhan.’

~•~•

Haduhhh masalah lagi ni guys wkwk

Jangan lupa Vote dan Comment nya ya 💖

Mifta Sachfira

ZIVAL •Long Story for Short Love•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang