27• Ancaman.

386 40 6
                                    

Tersisa enam hari lagi bagi Valerin untuk memikirkan sesuatu yang bisa membuat pernikahan mereka batal. Enam hari bukan lah waktu yang lama. Itu sangat singkat bagi Valerin dan sangat cepat bagi Alfin karena Alfin lah yang menginginkan pernikahan ini terjadi, bukan Valerin.
“lo kemarin kabur sama Zico?” tanya Alfin sambil mematikan mesin mobilnya saat sampai di kampus.

“sotoy.” ketus Valerin.

“jawab jujur.” ucap Alfin dingin.

“sama Veron.” jawab Valerin malas.

Valerin keluar dari mobil Alfin dan langsung berjalan kebih dulu dari Alfin. Alfin membiarkan Valerin meninggalkannya. Ia bersandar di mobil nya sambil mengetikkan sesuatu di ponselnya. Lalu tersenyum miring. Kemudian berlari mengejar Valerin.

“tunggu dong.“ Alfin menarik tangan Valerin kasar.

“apalagi sih.”

“lo mau kemana?”

Valerin mendengus kesal. “ke Zico. emang kenapa?”

“jangan deketin dia lagi, atau...” Alfin menggangung kalimatnya.

“atau apa ha?”

Alfin mengulurkan tangannya untjk mengusap puncak kepala Valerin. “dia akan tau akibatnya.” desis Alfin. Nadanya terdengar serius dan mengancam. Valerin mengerjapkan matanya. antara percaya atau tidak dengan ucapan Alfin.

“lo jangan macem macem, Fin.” ucap Valerin.

Alfin tertawa meremehkan. “pegang omongan gue. lo bakal tau apa yang bisa gue lakuin kalo lo masih deket sama dia.” Alfin berbalik pergi meninggalkan Valerin dengan segala ketakutannya. Valerin mencoba untuk tidak memikirkan sesuatu yang buruk. Ia segera pergi untuk menemui Zico.

~•~•

Valerin duduk di salah satu meja kantin kampusnya. Ia mengetikkan sebuah nama lalu menelpon nya. Valerin harus memberi tau hal ini pada Valeron. Setidaknya Valeron bisa memberi saran agar Valerin tidak berpikir macam macam.

hallo

“hallo, Yon. sibuk ga?”

engga, kenapa kak?”

“tadi Alfin ngancem gue.”

ha? ngancem gimana?

“dia bakal lakuin sesuatu kalo gue masih deket sama Zico.”

Terdengar sebuah umpatan dari sebrang sana, Valerin yakin sekarang Valeron sudah terbawa emosi.

lo hati-hati aja. jangan mikir macem macem, nanti pulang gue yang jemput. Oke?”

Valerin tersenyum.

“oke. thanks.”

gue masuk kelas duli ya kak.”

“iya be—”

“DORR!!!” Valerin terlonjak kaget setelah bahunya dipukul oleh seseorang yang berteriak dekat kupingnya.

ZIVAL •Long Story for Short Love•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang