34• Ikhlas.

469 42 23
                                    

Belajar melepaskan orang yang dicintai adalah sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh orang - orang yang berjiwa besar.”
–Sutan Zico–

~•~•~•~•~

Zico termenung di tengah keramaian kantin kampusnya, tatapannya beda dari yang dulu, kali ini lebih kosong, padahal teman temannya saat inu sedang sibuk mengoceh, membicarakan dosen baru yang bisa dibilang cantik dan body goals.

“aduh mantep banget sih sumpah.” ucap Beckham mengelus dadanya.

“body nya itu lho.” timpal Dewa dengan muka mesumnya.

“gabisa liat yang bohay dikit ni dua curut.” sindir Rendy.

Beckham melirik sinis pada Rendy. “emang lo ga tersepona sama mrs Tisha?”

“terpesona, tolol.” Dewa menoyor kepala Beckham. Sedangkan Beckham hanya berdecak kesal pada Dewa

“yaudah si maap orang gue sengaja.” sewot Beckham.

Zico terus fokus pada ponselnya, ia tau kalau teman temannya sedang msmbicarakan guru baru yang memiliki paras cantik dan body yang sangat menarik, Zico sebagai lelaki juga mengakui itu, tapi saat ini pikirannya hanya dipenuhi oleh Valerin, tidak ada selain Valerin dipikiran nya, terutama hatinya.

“Co, lo belum dapet undangan pernikahan Verin?” tanya Brylian pelan.

Zico menoleh pada Brylian lalu menggeleng. “belum.” jawabnya singkat.

“ko bisa? apa Verin gamau undang lo kepernikahannya? takut lo sakit hati gitu?” tanya Beckham heran.

“mungkin.”

Semuanya terdiam sudah tidak ada lagi yang mau membahas ini lagi, takut jika Zico emosi dan melakukan hal tak terduga pada mereka.

“Co, ada Verin.” bisik Rendy pada Zico.

Zico menoleh ke arah samping, ia menemukan Valerin berdiri sendirian menatap ke arahnya. Zico tau kalau Valerin ingin mengatakan suatu hal padanya. Zico menghampiri Valerin yang masih terus menatapnya dari tempatnya berdiri.

“Zico.” sapa Valerin pelan sambil tersenyum kaku.

“mau ngomong sesuatu?” tanya Zico ramah. Jangan heran, karena mereka sekarang adalah teman baik.

“iya, em— nanti sore ada waktu luang?” tanya Valerin.

Zico berpikir sejenak. “gaada, kenapa?”

Valerin tersenyum senang. “bisa ketemu di taman biasa jam tiga?”

Zico mengangguk samar.
“oke, gue pergi dulu ya.” pamit Valerin lalu benar benar pergi, Zico kembali pada teman temannya.

“kok langsung pergi dia?” tanya Dewa heran.

Rendy berdecak sebal. “lo ga liat? ada si Caplin bos.” ucap Rendy sambil melirik ke arah Alfin yang sekarang merangkul Valerin pergi dari sana.

“pantes sebentar, ada penjaganya.” ucap Beckham.

Zico hanya diam. Brylian yang mengerti keadaannya juga hanya menepuk bahu Zico untuk memberi kekuatan padanya.

~•~•

Valerin terlambat datang sepuluh menit karena jalanan yang lumayan ramai sore ini. Ia langsung pergi sudut taman yang di tunjuk oleh Zico.

“Zico, maaf nunggu lama, tadi macet.” ucao Valerin meringis.

Zico hanya tersenyum kecil dan mengangguk.

ZIVAL •Long Story for Short Love•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang