“Perjodohan hanyalah pemuasan egoisme segelintir orang.”
–Dasha Valerin–~•~•~•~•~•~
“Verin? Cepat keluar nak, sudah ditunggu.” panggil Vallen sambil mengetuk pintu kamar Valerin.
Valerin mendengus. “iyaa ma! Verin pake liptint dulu!” teriak Valerin jengah.
“jangan lama ya, cepat turun.”
Valerin memutar bola matanya malas.
“ribet banget sih! kenapa harus tanggal merah coba!” gerutu Valerin.Valerin memoleskan liptint dibibirnya. Merapikan semua penampilannya. Jujur. Valerin tidak suka memakai baju resmi seperti ini. Apalagi ini bukanlah keinginannya. Tapi dia tidak tau harus berbuat apa sekarang. Selain menuruti dulu kemauan kedua orang tuanya.
“kak! Cepetan lama lo!” teriak Valeron dari luar.
Valerin menghentakkan kakinya kesal. “sabar dong ah!” Valerin berjalan membuka pintu kamarnya.
“ribet banget sih lo!” omel Valerin. Valeron hanya tersenyum.
“lo mau ketemu calon mertua kok marah–marah sih.” ledek Valeron.
“berisik ah!” Valerin berjalan meninggalkan Valeron.
“jangan marah–marah. Nanti cantiknya hilang.” goda Valeron sambil berjalan mengikuti Valerin. Dan langsung mendapat lirikan tajam dari Valerin membuat Valeron cengengesan.
~•~•
“jadi kamu terima perjodohan ini?” tanya Fakhri.
“iya, Om.” jawab Alfin sambil tersenyum.
“baiklah kalau begitu kita tunggu Valerin dulu.” ucap Vallen.
Semua menoleh ke arah Valerin yang datang bersama Valeron. Valerin langsung disuruh duduk disebelah Alfin.
“aduh Verin, makin cantik aja.” puji Ani— mama Alfin.
Valerin tersenyum kikuk. “makasih, Tante.”
Valeron menahan senyumnya melihat kakaknya itu merasa risih. Valeron tau kalau Valerin sekarang rasanya ingin kabur dari sini secepatnya.
“karena semua sudah berkumpul. jadi disini kita akan membahas tentang rencana tanggal pertunangan kalian.” ujar Arif— papah Alfin.
Valerin membulatkan matanya. “what?!” seru Valerin.
“kamu kenapa, Rin?” tanya Vallen heran.
“tunangan? apa ini ga terlalu cepat ma?” tanya Valerin.
“engga sayang, lebih cepat kan lebih baik. biar gaada yang bisa ganggu kamu. karena udah punya tunangan, bukan begitu. Jeng?” tutur Ani, dan mendapat anggukan dari Vallen.
Valerin meringis menatap Valeron yang juga kelihatannya kaget.
“kita jalanin dulu, Rin.” bisik Alfin.
Valerin menatap Alfin yang kini tersenyum padanya.
“rencananya acara tunangan akan digelar bulan depan. gimana apa kalian setuju?” tanya Arif.
“kami sangat setuju, lebih cepat lebih baik. gimana kalian. setuju?” tanya Fakhri pada Valerin dan Alfin.
“Alfin setuju.” ujar Alfin.
“kalau kamu, Rin?” tanya Ani.
Valerin diam tak bergeming. Valeron menatap Valerin yang menunduk dalam diam. Ia tau apa yang sedang kakaknya rasakan sekarang.
“Rin?” Alfin menyenggol tangan Valerin pelan.
Valerin menatap Valeron. Valeron yang paham akhirnya mengangguk smabil tersenyum.
“i–iya, Verin setuju.” ucap Valerin pelan.
“Alhamdulillah, kalau seperti itu semua nya akan kita siapkan mulai dari sekarang ya.”
Valerin meremas jari–jari tangannya kuat. Ia langsung memikirkan Zico. Bagaimana jika Zico tau tentang semua ini? Ia takut Zico akan marah lagi padanya nanti.
‘damn!’
~•~•
Setelah acara bersama keluarga Alfin seharian selesai. Membahas hal hal yang sangat tidak penting bagi Valerin. Akhirnya Valerin bisa menafas lega. Tapi tidak dengan pikiran dan perasaannya. Ia sangat benci situasi seperti ini. Disatu sisi, Valerin harus menjaga hubungannya dengan Zico dan disisi lain Ia harus menjaga perasaan orang tuanya.
Valerin berbaring menatap langit langit kamarnya. Ia seperti kehilangan semangat dalam hidupnya. Mungkin jika gadis lain dijodohkan dengan Alfin. Mereka akan senang bahkan sangat senang. Bagaimana tidak? Alfin berasal dari keluarga yang terbilang sangat kaya. Alfin tampan. Alfin pandai. Alfin juga sangat baik. Jika menikah dengan Alfin, sudah pasti hidup akan terjamin dan bahagia. Tapi itu tidak berpengaruh pada Valerin. Karena Valerin bukan gadis lain.
“kak?” panggil Valeron membuyarkan lamunan Valerin.
“apa?” tanya Valerin tanpa menoleh ke arah Valeron.
“lo ga bahagia?” Valeron duduk disamping Valerin.
“lo tau itu, Yon. lo paham banget pastinya.” lirih Valerin.
“gue ngerti banget. tapi gue mohon lo jangan siksa diri lo.”
“siksa? gue ga ngelakuin apa–apa.”
“kalo lo ga terima perjodohan itu. gaudah dipaksa. lo nyiksa diri lo sendiri kalo kaya gini, Kak.” ujar Valeron.
Valerin menatap Valeron nanar. “gue harus gimana, Yon? gue gamau ngecewain papa mama.” Valerin menahan sesak dadanya.
“tapi perasaan lo?”
“gue bingung, Yon. gue maunya sama Zico. bukan Alfin.” lirih Valerin.
Valeron langsung memeluk kakaknya itu. Ia tau kakaknya butuh waktu untuk menangis sekarang.
“gue selalu dukung lo.” Valeron mengusap rambut Valerin halus.
“lo terima kalo gue dijodohin sama Alfin, Yon?” tanya Valerin sambil menangis.
“kalo lo ga bahagia. gue gaakan terima itu.” Valerin makin menenggelamkan wajahnya. “gue dukung apapun keputusan lo. gue mau lo bahagia sama pilihan lo.”
“gue bantu lo apapun yang buat lo bahagia. termasuk nolak perjodohan itu.” lanjutnya.
“thanks, Yon.”
~•~•
Muka bete Valerin setelah perjodohan:')
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIVAL •Long Story for Short Love•
Teen FictionSQUEL of My Bad Boyfriend & My Possesive Brother. [ COMPLETED] Dasha Valerin. Wanita yang berhasil menaklukan hati ketua geng motor yang sangat terkenal dengan aksi brutal nya, mampu merubahnya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Masa SMA Zico dan...