37• Epilog.

707 50 19
                                    

Sinar mentari sore yang sangat cerah, ditemani burung - burung berkicau memenuhi langit yang berwarna jingga, daun daun berguguran dan berterbang terbawa angin. Bau berbagai macam warna bunga tercium sangat pekat dan nyata bagi manusia yang datang.

Seorang wanita membawa satu kantung bunga tujuh warna dan sebuket bunga mawar merah yang ia dekap, berjalan menyusuri gundukan tanah yang berwarna coklat, mencari tempatnya berpulang pada pelukan air mata. Kerinduan kembali menyusup dalam dirinya sehingga membawanya kesini untuk berjumpa dengan sang pujaan hati.

Ia berhenti di salah satu gundukan tanah yang masih sangat rapih dan dipenuhi bunga, ia berjongkok di samping gundukan tanah tersebut.

“aku datang...” ucapnya sambil mengusap papan nisan didepannya, sangat sering ia mengucapkan hal itu, sangat sering juga ia datang kesini, sehingga makam yang ia datangi itu selalu dipenuhi bunga.

“kamu ingat ini hari apa?” tanya nya, tak terasa air mata turun membasahi pipinya.

“happy aniversary yang ke sebelas tahun dan happy birthday, Co.” lirihnya mencoba tersenyum di hari mereka berdua ini, sudah delapan tahun ia melewati hari harinya, tapi ia tidak pernah melupakan seseorang yang pernah berharga dalam hidupnya itu.

“aku bawa bunga buat kamu, maaf aku datang kesorean, ada urusan sebentar.” ucapnya sambil membersihkan bunga yang sudah layu dan menaruh mawar yang ia bawa didepan nisan itu.

“udah sebelas tahun kita pacaran, Co. aku kangen kamu.” ucapnya sambil menaburkan bunga baru yang ia bawa.

Ia memanjatkan doa sambil memejamkan mata, dan sesekali menyeka air matanya yang terus turun tanpa diminta, “udah delapan tahun kamu gaada, tapi rasanya kamu masih sama aku, kamu masih disini.” lirihnya. “aku tau, kamu mau jagain aku terus kan? kaya dulu biar gaada yang macem macem sama aku. aku tau, Co.”

Mereka menikmati waktu berdua disore yang cerah, keheningan dan suara kicauan burung menemani mereka, wanita itu terus mengusap dan mempercantik rumah sang pujaan hatinya.

Meski cerita kisah cinta mereka sudah usai, karena terpisahkan oleh maut, tapi sebagian dari mereka memulai cerita kisah cinta yang baru, tetapi cintanya untuk sang pujaan hati tidak akan pernah pudar.

“Bunda!” seorang anak perempuan berlari ke arah Valerin dan memeluknya, Valerin mencium pipi gembul yang berwarna merah muda itu.

“Bunda main kelumah om Zico lagi?” tanya gadis kecil itu dengan suara cadelnya yang khas sambil melihat ke arah nisan didepannya.

“iya sayang, hari ini ulang tahun om Zico.” Valerin merapikan kunciran gadis kecil itu.

“oiya bunda? leya bole ucapin ke om Zico, bunda?” ucap gadis kecil itu bersemangat.

“boleh dong.” Valerin memindahkan gadis kecil itu di samping papan nisan.

Gadis kecil itu mengusap papan nisan putih itu dengan tangan mungil nya, “selamat ulang tahun om, om seneng disana? bunda sama leya sayang om Zico.” ucapnya.

Valerin terharu melihat putri kecil nya yang juga menyayangi Zico sama seperti dirinya, walaupun putrinya belum pernah sama sekali bertemu dengan Zico, tapi dia tau kalau Bundanya sangat menyayangi Zico.

“Verin.” panggil seorang pria.

Valerin berdiri menghadap pria di depannya dengan matanya yang sudah memerah.

“kita pulang yuk?” ajaknya.

“ayo Ayah Bunda kita pulang, udah mau malem.” ucap gadis kecil itu pada pria yang ia panggil Ayah tersebut.

Pria itu menggendong putri kecilnya lalu mencium kedua pipinya.

“aku pamit dulu ya sama Zico.” ucap Valerin.

Pria itu mengangguk sambil tersenyum.

“Zico, aku pulang dulu ya? aku janji aku pasti datang lagi buat temuin kamu, aku pulang ya...” Valerin mengecup batu nisan putih yang bertuliskan nama orang yang sangat ia cintai sampai saat ini.

Valerin berdiri lalu menghampiri suami dan putri kecilnya.

“ayo kita pulang.”

Pria itu menggendong putri kecilnya di sebelah kanan dan tangan kirinya merangkul Valerin. Sudah biasa seperti ini setiap minggunya selama delapan tahun terakhir dan seterusnya.

Selamat jalan, Sayang...

Telah kita lalui perjalanan panjang penuh suka, duka, juga rintangan. Kadang datang bosan, masalah dan godaan. Tapi kita putuskan untuk bertahan dan menguatkan. Melawan segala rintangan demi angan yang kita rencanakan untuk masa depan. Mungkin saja ada yang lebih darimu. Tapi ku yakin cuma kamu yang memahamiku. Kamu lah alasan aku bahagia. Kamu lah alasan aku terus berjuang dan bertahan. Zico... Aku ingin menua dengan mu, Sayang. Hingga maut yang memisahkan kita. Tapi tuhan tidak membiarkan kita menua bersama, Tuhan lebih sayang padamu, dia telah memanggilmu lebih dulu dariku. Aku tau rencana Tuhan itu pasti akan indah. Ia memberiku pengganti mu, meski tak akan ada yang pernah mengganti posisiku dihatiku. Ini kisah kita, kisah masa lalu yang tidak bisa dijadikan masa depan, ini kisah aku dan kamu, ini cerita panjang untuk cinta pendek milik kita. Aku sayang kamu. Kita akan bertemu suatu hari nanti. Berbahagialah dalam damai, Sayang.

~•~•

Hallo semuaa!

Udah 8 tahun kemudian ni,menurut kalian Verin nikahnya sama siapa? hayoo

Oiya aku mau minta saran, tolong dijawab ya, karena aku butuh saran kalian:)

Verin kan udh punya keluarga, dan kalian juga gatau siapa suaminya, nah kalian mau aku bikin verita Verin sesudah Zico gada, atau gausah? kita lanjutin Antarctica aja. Atau mau dua dua nya?

Pleasee dijawab:(

Semoga kalian sehat sehat yaaa, aku tunggu jawaban kalian oke, sampai jumpa di cerita selanjutnya:)

Mifta Sachfira

ZIVAL •Long Story for Short Love•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang