26• Takdir.

383 38 7
                                    

“minggu depan? lo nikah? demi apa?!” teriak Athallah kaget.

“gue juga gatau, Thal. tapi mama udah beliin gue gaun pengantin.” lirih Valerin.

Setelah kabur dari hotel tadi, Valeron membawa Valerin kerumah Athallah, karena memang tidak ada tujuan lain selain rumah Athallah.

“mungkin aja cuma tunangan. ya kan?” ucap Marselino.

“tunangan pake gaun semewah itu? gamungkin, Sel.” ucap Valeron datar.

“gue harus gimana, Yon?”

Valeron diam sedikit berpikir. Karena jujur Valeron juga bingung harus apa. Semuanya terjadi mendadak dan tidak sesuai dengan rencananya.

“yaudah, lo nikah aja dulu. seminggu kemudian cerai.” ucap Athallah dan langsung mendapat jitakan dari Marselino.

“ye ga gitu, bego!” hardik Marselino.

“pernikahan ga sebercanda itu, Thal.” ucap Valerin.

“tapi lo sama Alfin lebih bercanda deh, gaada rasa apa apa masa nikah.” celetuk Marselino.

“ck! makanya itu.” Valerin menyandarkan dirinya di sofa kamar Athallah.

“cuma ada satu yang harus lo lakuin sekarang.” ucap Valeron.

Valerin menautkan alisnya. “apa?”

“lo harus omongin ini sama Zico dulu, kalo udah semua keputusan lo sama dia bakal gue dukung, dan sebisa mungkin gue bantu.” ujar Valeron.

Valerin merenung sebentar. Benar apa yang dikatakan Valeron. Ia harus bicara dengan Zico apapun yang akan terjadi nantinya. Ia harus siap. Berpisah atau bertahan bersama. Semua harus siap mereka tanggung.

~•~•

Valerin menghubungi Zico untuk menemuimya di taman dekat komplek perumahan Athallah. Zico pun mau menemuinya. Valerin kira Zico marah padanya dan tidak akan mau bertemu dengannya. Tapi Valerin salah Zico tidak marah. Hanya membutuhkan waktu menenangkan diri seperti yang dikatakan Brylian.

“Zico?” Valerin memegang pundak Zico pelan. “udah lama nunggu?” tanya Valerin.

Zico menggeleng sambil tersenyum. Lalu menyuruh Valerin untuk duduk.

“maaf kemarin gue ninggalin lo tiba tiba di kampus. gue ga bermaksud apa apa cuma mau nenangin emosi gue, Rin.” ujar Zico.

Valerin tersenyum. “aku tau, Co.”

“mau ngomong apa?” tanya Zico. “kok lo dirumah Athalla lagi? ada masalah lagi?” tanya Zico beruntun.

Valerin tersenyum kikuk. “gaada kok, cuma pengen main aja.”

“kalo ada masalah cerita sama aku, jangan di pendem sendiri.” ucap Zico.

Valerin sangat senang jika Zico sudah menggunakan panggilan aku-kamu dengannya. Tapi kalau moodnya tidak baik Zico lupa dengan kata kata itu.

“aku mau cerita sesuatu— tapi kamu jangan marah sebelum aku selesai cerita.” ucap Valerin cepat.

“iyaa, mau cerita apa si? serius banget.”

“jadi— minggu depan, mama mau nikahin aku sama Alfin.” ucap valerin sangat pelan sambil menunduk.

Zico terdiam, ekspresinya berubah datar sekarang.

“bukannya cuma tunangan dua minggu lagi?” tanya Zico.

“iya, tadinya begitu. cuma mama sama mamanya Alfin percepat pernikahan aku, Co. aku gamau.” ucap Valerin terus menunduk.

Zico tidak menanggapi perkataan Valerin.

“kamu jangan diem aja, aku harus gimana?” Valerin menggoyang goyangkan lengan Zico.

“Co.”

Zico menghembuskan nafasnya pelan. Lalu menatap Valerin.

“aku gatau harus apa lagi, Rin. Kita udah coba sebisa kita buat pertahanin ini. Tapi tuhan punya jalan lain.” ujar Zico.

Mata Valerin sudah berlinang air. Ia sudah mengerti maksud dari perkataan Zico.

“terus? kamu mau kita udahan sampe sini gitu?” tanya Valerin sambil menangis.

Zico menangkup wajah Valerin dengan kedua tangannya. “kamu tau aku. aku paling gamau kehilangan kamu. bukan aku yang mau kita pisah, tapi takdir, Rin.”

Valerin semakin menangis. “tapi aku gamau kehilangan kamu, Co.” lirih Valerin.

Zico memeluk Valerin erat, Valerin juga membalas pelukan Zico. Mereka berdua berpelukan sangat erat, seakan tidak ingin kehilangan satu sama lain.

“aku lebih gamau kehilangan kamu.”

“kita ikutin aja alurnya ya, biar takdir yang menentukan kedepannya. kalo emang kita jodoh. pasti kita bisa bersama. kamu percaya aku kan, Rin?” Zico mengelus rambut Valerin.

“aku percaya sama kamu, tapi aku ragu sama takdir, Co.” lirik Valerin dalam pelukan Zico. “aku takut takdir pisahin kita.” lanjutnya.

“semua udah ada jalannya, sayang. kamu juga berhak dapet kebahagiaan kamu sendiri.” Zico mengeratkan pelukannya. “walau itu tanpa aku.” lanjutnya.

“kalo bahagia aku itu kamu. apa yang bisa bikin aku bahagia selain itu?” tanta Valerin.

Zico terdiam. Ia tidak tau harus menjawab apa. Ia sendiri juga sedang menahan sesak di dadanya ketika tau bahwa Valerin akan menikah sebentar lagi. Tapi ia menutupi perasaanya dari Valerin. Karena tidak mau membuat gadisnya itu semakin susah untuk menerima takdir.

“Co, Valeron janji sama aku, dia gaakan biarin aku nikah sama Alfin. kamu mau kan berjuang sama kita?” tanya Valerin.

“aku ga janji, Rin. tapi aku berusaha.”

~•~•

Gimana ni menurut kalian? Jadi nikah ga Valerin sama Alfin? atau Zico ngajak kawin lari? :v ga deng canda wkwk

Next?

Mifta Sachfira

ZIVAL •Long Story for Short Love•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang