“Sesuatu yang pernah pergi. Kini telah kembali. Tapi rasanya tak lagi sama.”
–Dasha Valerin–~•~•~•~•~•~
“kemarin Valeron pukul kamu?” tanya Valerin pada Zico yang duduk di sebelahnya.
Saat ini mereka masih berada di taman kampus setelah mereka menyelesaikan masalah mereka.
“iyaa.” jawab zico singkat.
“perih ga?” Valerin mengulurkan tangannya menyentuh luka di sufut bibir dan di pelipia Zico. “udah diobatin?” tanya Valerin.
“perih. udah.”
“maafin Valeron ya, Co.” Valerin menyisir rambut Zico menggunakan tangannya, merapihkan rambut Zico yang berantakan tersapu angin.
“udah gue maafin.”
Valerin menarik kembali tangannya dan duduk menunduk. Ia kira Zico akan menggunakan ‘aku–kamu’ lagi, tapi ternyata Zico sudah lupa dengan panggilan itu. Zico juga kaget dengan perubahan raut wajah Valerin. kenapa Valerin tiba tiba berubah. Apa dia salah bicara?
“kenapa?” Zico menyentuh pundak Valerin.
“gapapa.”
“kenapa, Rin? gue salah ngomong?” tanya Zico penasaran, pasti ada yang tidak beres.
“aku kira kamu bakal pake aku–kamu lagi kaya dulu. tapi malah engga.” ucap Valerin pelan.
Zico menghela nafasnya pelan. Lalu kembali duduk lurus kedepan.
“maaf, gue belum biasa buat panggil pake itu lagi, Rin.”
Valerin memejamkan matanya. Ia tidak boleh egois, harus sabar. Semua akan ada masanya. Zico saat ini masih belum terbiasa tapi harus yakin suatu saat mereka bisa seperti dulu.
“gapapa kok. pelan pelan aja.” Valerin mengembangkan senyumnya menatap Zico.
Zico menatap senyum Valerin lekat. senyum yang sangat ia rindukan selama ini, akhirnya terukir lagi untuknya.
Zico tersenyum tipis, tangan nya terulur untuk mengusap puncak kepala Valerin. Valerin membulatkan matanya. Perlakuan Zico seperti ini yang sangat ia rindukan. Kembali. Zico nya kembali. Tanpa sadar mata Valerin sudah berkaca–kaca.
“heh, kenapa lo nangis?” tanya Zico kaget saat air mata Valerin menetes.
“gapapa, aku seneng. Aku kangen banget sama kamu.” Valerin langsung memeluk Zico erat. Zico tersenyum lalu membalas pelukan Valerin. Ia bersumpah tidak akan melepaskan wanita dipelukannya ini.
“verin.”
Valerin dan Zico menoleh kesumber suara. Valerin langsung mengerjap kaget saat mengetahui Alfin ada dibelakangnya. Alfin melihat Valerin pelukan dengan Zico? damn!.
“eh, Pin. lo— sejak kapan disini?” tanya Valerin langsung berdiri dan Zico juga ikut berdiri.
“dari tadi. ayo pulang.” ucap Alfin datar.
Valerin menatap Zico. Ah– Valerin takut Zico marah lagi padanya. Tapi diluar dugaannya. Zico mengusap puncak kepalanya dan tersenyum manis sambil mengangguk. Tanda mengizinkan ia pergi dengan Alfin. Valerin balas tersenyum pada Zico.
“nanti malem chat aku ya?” bisik Valerin.
Zico mengangguk samar sambil tersenyum.
“ayoo. nanti papa lo marah kalo lo jam segini belum pulang.” ucap Alfin tidak sabaran. Valerin menatap geram ke arah Alfin.
“iya ih sabar dong!” bentak Valerin kesal. “aku pulang duluan ya, Co.” pamit Valerin sambil melambaikan tangannya.
Zico membalas lambaian tangan Valerin.
‘sampai kapanpun lo gabakal bisa milikin Valerin, Fin.’ batin Zico.
~•~•
“Pin Pin Pin! lo jangan bilang papa soal tadi dong, pleasee!” Valerin menyatukan kedua tangannya.
“tergantung.” ucap Alfin sambil tersenyum jail.
Valerin membulatkan matanya. Alfin minta sogokan sepertinya.
“tergantung apa?”
“lo harus cium gue.” Alfin menepuk pipi kanan nya.
Valerin bergidik. “gue bilangin Valeron lo!” ancam Valerin.
“yahh, ngaduan.” ledek Alfin.
“heh! bilang aja lo takut sama Valeron kan?”
“yauda terserah. rahasia lo ga aman.” ancam Alfin balik.
“ah gitu! yang lain deh, lo mau apa?”
“jajanin gue seminggu? deal?” Alfin mengulurkan tangannya.
Valerin berpikir sejenak. Untuk rahasia seperti itu dia minta sogokan banyak. Gila!
“lama lo. gajadi ni.”
“eh– iya iyaa, deal!” Valerin menjabat tangan Alfin.
~•~•
Sampai dirumah semuanya aman, Alfin beralasan pulang telat karena dirinya ada praktik tambahan di lab, jadi tidak membebankan Valerin untuk berbohong pada orang tua nya.
“gimana tadi?” tanya Valeron yang nyelonong masuk ke kamar Valerin.
“gimana apa?” Valerin malah balik bertanya.
“kebiasaan kalo ditanya suka balik nanya.” sewot Valeron.
“kebiasaan kalo dibalikin nanya suka bilang kebiasaan.” sewot Valerin tidak mau kalah.
“gaada habisnya.” Valeron memutar bola matanya malas. Bersender di dinding dan memasukan tangannya kedalam saku celananya.
“ya lo pertanyaannya bikin ambigu.” sewot Valerin.
“ck! tadi lo sama Zico gimana? udah balik kaya dulu? sampe pelukan gitu.” ucap Valeron sambil tersenyum miring.
Valerin terkejut. dari mana adiknya itu tau?
“gausa mikir gue tau dari mana.”
Fix! Valeron cenayang!
“sotoy, tau dari mana lo?” elak Valerin.
Valeron mengeluarkan ponselnya dan mencari sesuatu. Lalu menunjukannya pada Valerin.
“see?” Valeron menaik turunkan alisnya.
Itu foto Valerin dan Zico sedang berpelukan ditaman kampus tadi.
“aahhh. Eyonn lo dapet dari siapaa?” Valerin mencoba merebut ponsel Valeron berniat untuk menghapusnya.
“mata–mata gue banyak kak. lo gaperlu tau.” Valeron tertawa puas.
“ihh hapuss, Yon!”
“gamau.” ledek Valeron.
“iih nyebelin!”
“selamat ya! jangan lupa pajak comeback!” Valeron berlari keluar dari kamar Valerin.
“awas lo ya!”
~•~•
Pajak comeback ga tuh wkwk
Next tidak?
Mifta Sachfira
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIVAL •Long Story for Short Love•
Teen FictionSQUEL of My Bad Boyfriend & My Possesive Brother. [ COMPLETED] Dasha Valerin. Wanita yang berhasil menaklukan hati ketua geng motor yang sangat terkenal dengan aksi brutal nya, mampu merubahnya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Masa SMA Zico dan...