Extra Part

336 9 1
                                    

Seorang cewek dengan perutnya yang buncit karena sedang hamil 9 bulan dan hanya tinggal menghitung hari untuk melahirkan sedang berkutat dengan alat-alat memasak didapur menyiapkan makanan untuk suaminya.

Saat sedang asik dengan peralatan masakannya tiba-tiba ada tangan kekar yang melingkar diperut buncitnya serta dagu yang ditompangkan dipundaknya membuat cewek itu merasa geli karena hembusan cowok itu sangat jelas ditelinganya.

"Bima aku lagi masak. Kamu mandi dulu sana bau tauk" Ucap Niken pada suaminya yang baru saja bangun tidur.

"Enak aja aku wangi tauk." Protes Bima membuat Niken terkekeh.

Ya, Niken dan Bima sudah menikah sejak 14 bulan yang lalu, tepatnya dibulan September. Bima telah sadar 2 bulan dari komanya sebelum hari pernikahan, Tak mau berlama-lama lagi akhirnya Bima langsung menikahi Niken. Dan sekarang mereka tinggal di rumah mereka sendiri yang Bima beli dengan uangnya sendiri.

"Bim aku kesusahan nih, kamu tunggu dimeja makan." Suruh Niken tapi Bima masih setia memeluk Niken tak memperdulikan ucapan istrinya.

"Aku masih pingin kayak gini." Niken hanya menghembuskan nafasnya, semenjak mereka menikah Bima semakin manja dengannya. Akhirnya Niken memasak dengan Bima yang terus-menerus didekatnya.

Saat ini mereka sedang makan berdua dimeja makan, hanya ada suara dentuman sendok dan piring. Selesai makan, Niken membawa piring kotor ke wastefel utuk dicuci. Dan lagi-lai Bima memeluknya dari belakang. Seakan Bima tak ingin lepas darinya.

"Kamu gak ke kantor Bim?" tanya Niken seraya mencuci piring.

"Males. Aku mau sama kamu." Jawabn Bima membuat Niken menghentikan kegiatannya dan akhirnya berbalik menghadap ke Bima.

"Gak ada kata males. Kamu mandi terus siap-siap pergi ke kantor." Niken mengomeli Bima dengan berkacak pinggang. Baru saja Bima akan protes tapi Niken menatapnya tajam membuat Bima memanyunkan bibirnya dan mengangguk pelan menuruti perkataan Niken.

Niken yang melihat raut wajah Bima tersenyum, ia pun mencium bibir Bima sekilas membuat Bima langsung semangat 45 dan lari ngibrit ke kamar mandi. Niken yang melihatnya terkekeh dan melanjutkan aktifitasnya yang tertunda.

Memang Bima sudah menjabat menjadi CEO meneruskan perusahaan orang tua nya dan Niken, walaupun statusnya masih mahawiswa di Universitas ternama di Jakarta, termasuk Alfin, Roy, Niken, Nessa, Siska, dan juga Clora. Karena memang kesepakatannya dulu para cowok harus meneruskan perusahaan orang tua mereka walaupun sedang kuliah. Jika mereka tidak ada jadwal kuliah, maka mereka diharuskan pergi ke kantor. Sama halnya yang dilakukan Bima, Alfin dan juga Roy.

Bima sudah siap dengan setelan jasnya yang telah Niken siapkan tadi. Sungguh berat bagi Bima meninggalkan Niken, ia masih ingin berduaan dengan Niken. Tapi sudah menjadi kewajibannya mencari nafkah untuk istri dan calon debay nya.

"Aku berangkat dulu, kalau ada apa-apa langsung telefon aku. Kalo mau pergi kabarin aku dulu. Terus jangan kecapekan juga." Pesan Bima bertubi-tubi pada Niken. Niken yang mendengarnya hanya angguk-angguk tersenyum pelan. Bima sungguh bawel padanya, apalagi sekarang posisinya Niken tengah mengandung membuat Bima semakin bawel.

"Iya-iya udah sana." Niken mencium tangan Bima dan Bimapun mencium kening Niken sebelum pergi.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Setelah kepergian Bima, Niken kembali masuk ke dalam rumahnya. Ia duduk di sofa yang berada di ruang keluarga. Semenjak hamil, Niken lebih cepat capeknya. Ia mengelus perutnya yang sudah besar.

"Nak, mama gak sabar pingin liat muka kamu." Ucap Niken seraya mengelus-elus perutnya. Ia sungguh bahagia, ia sangat bersyukur karena ia masih bisa bersama dengan Bima dan sekarang ia juga sedang mengandung benih dari Bima.

BimaNiken✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang