06|Perjodohan 2

352 24 1
                                    

Bima menghempaskan badannya di sofa yang berada di ruang keluarga. Bima menghela nafasnya berat. Ia memejamkan matanya duduk terlentang, tak peduli pada seragamnya yang masih melekat di badannya. Hari ini begitu melelahkan baginya. Apalagi jika sudah bertemu dengan Niken, hari-harinya semakin lelah karena harus berdebat dengan Niken yang tiada ujungnya.

"Capek banget!"

Ranti, Mama Bima yang turun dari tangga melihat putranya yang terlentang di sofa menghampirinya. Dilihatnya muka Bima yang sepertinya kelelahan. "Kenapa sayang??"

"Gapapa Ma," ia menjwaba tanpa merubah posisinya dan masih setia memejamkan matanya. Ia sudah sangat nyaman dengan posisinya.

Ranti duduk di samping Bima, mengelus rambut Bima yang sedikit baah karena keringat. "Kok kelihatannya kamu habis marah, kenapa??"

Bima merubah posisinya menjadi duduk tegak, "Iya nih Ma gara-gara dia!!" Ia teringat kejadian tadi dengan Niken. sungguh membuat Bima naik darah jika mengingatnya.

"Dia siapa? Niken?" tanya Ranti yang memang sudah tau dari Alfin, temannya yang sekaligus saudaranya Niken jika putranya pulang sekolah dalam keadaan marah pasti karena Niken.

Bima mengangkat sebelah alisnya, "Kok Mama tau??"

"Mama gitu loh," jawab Ranti

"Kenapa sih emangnya?" lanjutnya.

Sebenarnya Bima malas jika mau menceritakan kejadian tadi, "Dia itu cewek ternyebelin yang Bima kenal!!"

"Jangan sering berantem entar kalau jodoh gimana?" tanya Ranti sambil menaikan kedua alisnya berniat menggoda Bima.

Bima yang mendengarnya melebarkan matanya tak percaya. "Jodoh? Sama dia? Mending Bima jomblo seumur hidup Ma!! Daripada sama dia!!". Ranti hanya menggelengkan kepala melihat anaknya.

"Bima mau mandi dulu." Bima bangun dari tempatnya menenteng tasnya meninggalkan Mamanya berjalan menuju tangga.

Saat sudah di tangga, langkahnya terhenti. "Bima tunggu dulu Mama mau ngomong sebentar."

"Mau ngomong apa Ma?"

"Mama mau jodohin kamu sama anaknya temen Mama. Anaknya baik, cantik juga. Dia seumuran sama kamu, kamu belum punya pacarkan?"

Bima tidak begitu mendengarkannya, karena ia sangat lelah. Ia malah berjalan menaiki tangga. "Bima mau mandi dulu!"

"Dasar anak durhaka diajak bicara malah ditinggal pergi."

Ranti mengomeli anaknya, tapi sayangnya yang diomeli tak menghiraukannya.

"Kenapa sih Ma ngomel-ngomel?" tanya Herry, suami Ranti, Papa Bima yang baru pulang kerja tiba-tiba memeluknya dari belakang.

"Tuh anakmu diajak bicara malah ditinggal pergi!"

"Yaudah nanti Papa aja yang ngomong sama Bima," ucap Herry dan diangguki oleh Ranti.

***

Setelah Bima mandi, ia merebahkan dirinya ke kasur king size nya. Baru saja ia akan memejamkan matanya terdengar suara ketukan pintu kamar Bima.

Tok tok tok

"Masuk!"

Pintu terbuka lebar menampakkan lelaki paruh baya yang tak lain Papa Bima. Menyadari kehadiran Papanya, Bima merubah posisinya menjadi duduk.

"Eh Papa udah pulang?"

"Yaiyalah kalo belum pulang Papa gak ada disini, kamu itu tanyanya aneh banget," jawab Herry.

Bima menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Ada apa pa?" tanyanya.

"Papa sama Mama mau jodohin kamu sama anak temen Papa, anaknya temen kecil kamu dulu," ucap Herry

"Apa Pa jodohin Bima? Bima gak mau Pa! Lagian Bima bisa cari sendiri!!" Yang bener aja jaman sekarang masih aja jodoh-jodohan.

Herry bukannya marah, tapi ia malah menantang putranya. "Oke Papa kasih kamu waktu 1 minggu cari pacar dan bawa kesini! Kalau kamu gak bias, kamu harus ikutin mau Mama sama Papa buat jodohin kamu dan gak ada penolakan atau semua fasilitas kamu Papa cabut," ujar Herry tegas kemudian bangkit berjalan keluar kamar Bima.

Sepeninggalan Papanya, Bima frustasi sendiri. "Arghh" teriak Bima.

***

Setelah Niken sampai ruma,h ia berjalan masuk ke rumah menuju ruang keluarga dengan mulut yang komat-kamit seperti mbah dukun yang sedang membaca mantra.

"Dasar cowok resek, songong, nyebelin lagi," gumam Niken.

Eka, Mama Niken yang sedang menonton tv mendengar ocehan Niken bertanya, "Siapa yang nyebelin Ken?" Dilihatnya anaknya yang sedang marah. Eka tahu jika anaknya marah dan ngoceh sendiri pasti karena Bima.

"Ada lah mah pokoknya!!"

"Hati-hati jangan sering berantem entar jadi cinta loh," goda Eka.

"Apaan sih Ma!!" Melihat putrinya yang tambah kesal, ia terkekeh pelan.

Niken semakin kesal karena Mamanya. Ia berjalan menuju kamarnya untuk mandi. Setelah mandi badannya terasa segar, ia pun merebahkan dirinya ke kasur king size nya yang empuk dengan posisi tengkurap.

"Apaan sih gak Mama, gak Siska, gak saudara gue bilangnya hati-hati loh nanti jadi cinta!! Amit-amit mending gue jomblo seumur hidup dari pada jatuh cinta sama cowok ternyebelin," gumam Niken.

Niken merasa lapar, lalu ia keluar kamar menuju dapur untuk mengambil makanan tapi tidak ada cemilan.Terpaksa ia harus ke supermarket beli cemilan.

Niken pun berjalan keluar sambil menunggu taksi online yang ia pesan untuk menuju supermarket. Kenapa dia gak bawa mobil? Karena ia masih menjalani hukuman dari Papanya. Cuma 8 menit akhirnya taksi yang ia pesan pun datang dan langsung saja menuju ke supermarket

Tak butuh waktu lama ia pun sampai di supermarket dan ia langsung turun dan berjalan memasuki supermarket, ia mengambil troli untuk menampung makanan serta minuman.

"Udah cukup," ujar Niken melihat belanjaannya yang cukup banyak.



Hasil revisi lebih panjang!!

To be continue

BimaNiken✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang