¢dshoonie
"Gak mau masuk dulu, kak?" tanyaku setelah melepaskan helm dan memberikan padanya. Ia menerima, tersenyum lantas menggeleng pelan. "Salam aja sama sepupu kamu itu" aku ikut tersenyum lalu mengangguk, "iya, nanti aku sampein."
"Makasih, kak"
Laki-laki berambut kebiruan itu menatapku dengan kedua tangannya yang sedang berada di stang stir motor miliknya. "Iya sama-sama, kakak pulang dulu ya?" aku mengangguk dan masih berada ditempatku saat ini. Menunggu pria ini pergi menjauh. "Hati-hati." melambaikan tangan kearahnya yang sudah berlalu, tapi mungkin masih bisa terdengar.
Aku menghela napas nanar, kemudian berbalik untuk menuju pintu utama rumah. Kulihat motor sang pemilik rumah yang terparkir di garasi. Tapi ada suatu benda yang membuatku cukup tercekat saat itu juga.
Ada dua motor yang terparkir disana. Motor yang persis sama namun warnanya berbeda. Motor milik Renjun. Kenapa dia tiba-tiba berada dirumah Lee Jeno? Bukankah beberapa menit yang lalu aku -Kim Doyoung, Huang Renjun, aku- bertemu dengannya di sekolah? Seharusnya jika ia datang kesinipun, aku yang terdahulu sampai.
Tidak peduli dengan siapa yang berada didalam rumah sepupuku. Aku dengan hati yang percaya diri masuk kedalam rumah itu. Dan tentu saja sesuai dugaanku, ada Huang Renjun disana.
Renjun dan Jeno sedang duduk disofa sambil bermain game diponsel mereka masing-masing. Yang sedari tadi fokus pada gadgetnya pun menoleh ketika merasa ada seseorang yang masuk kedalam rumah tanpa permisi.
"Main nyelonong masuk aja, permisi dulu kek gitu" aku merotasikan bola mata malas ketika mendengar kalimat Jeno yang sangat asing ditelingaku. Aku sudah terbiasa menyelonong masuk kedalam rumah keluarga Lee ini tanpa permisi dan bodohnya Jeno mengatakan itu.
Kulihat Renjun hanya menonton saja.
Aku berjalan tanpa memperdulikan keduanya. Menuju tangga untuk pergi kekamar saudari Lee Jeno yang berada dilantai dua. Aku sangat lelah hari ini.
Aku masih berfikir apa penyebab hubunganku dengan Renjun merenggang. Sebenarnya yang orang lain fikirkan ini adalah hal kecil. Namun bagiku ini jauh lebih besar, sangat besar untuk seukuran pasangan yang belum pernah bertengkar sama sekali karena masalah ini.
Menghembuskan napas panjang. Aku mengganti bajuku dengan baju rumahan. Celana jeans pendek, kaos pink pastel setengah badan, dan rambut yang dikuncir dengan asal.
Cklek!
Aku menoleh cepat ketika mendengar suara pintu yang terbuka. Kulihat, Renjun berdiri di ambang pintu dengan wajah polosnya sembari mempoutkan bibir. "Kamu kok pulang sama cowo lain sih? Aku kan pengen anter kamu pulang" katanya.
Ia masuk kedalam kamar, menatap wajahku yang terpantul oleh kaca rias milik kakak Jeno. Aku tidak tahu harus menjawab apa, cukup terkejut ketika Renjun datang tiba-tiba dan mengatakan seperti itu.
"B-bukan gitu, gimana ya?"
Bisakah kalian merasakan apa yang kurasakan saat ini? Aku tidak tahu harus menyampaikannya seperti apa, aku bingung. Seharusnya Renjun bersikap dingin padaku karena masalah ini, tapi dia datang dan bersikap seperti biasanya seolah-olah tidak ada masalah diantara kami.
Tidak tahu dia yang tidak mau mengambil pusing atau bagaimana, Renjun bersikap manja saat ini setelah menaruh dagunya di bahuku. Seperti sedang sedih ketika melihat sikapku hari ini juga tentang aku dengan Doyoung yang pulang bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not u, but Him || HRJ
Teen Fiction"Bukan kamu, tapi Dia" Aku selalu merasakan sesaknya beban hidup yang menghimpit takdirku. Selalu kalah dalam segala hal yang kutemui, aku ingin menang sekali saja. Kenapa dunia sangat bertindak tidak adil dan menguasai semuanya? ↓ Kehadiran Kang Me...