¢dshoonie
Aku sudah siap malam ini. Menuju tempat yang sudahku rencanakan sebelumnya. Aku sudah menyampaikan pada keluargaku dan keluarga Renjun untuk makan malam.
Tidak. Aku tidak berangkat dengan Jeno. Om Donghae dan tante Tiffany sudah pulang dan menyuruh Jeno untuk tidak kepo dengan urusanku yang berkaitan dengan keluarga Renjun.
Ya, aku bercerita masalahku pada kedua orangtua Jeno. Mereka yang menyimak hanya menggeleng-gelengkan kepala saja ketika mendengarkan isi hatiku.
"Keputusan kamu bener sih bagi om, kalau kamu terus jalanin tunangan sama Renjun, yang kena imbasnya ya kamu, bukan Renjun" itu kata-kata yang keluar dari mulut om Donghae sembari menyeruput kopi hitamnya sesekali.
"Iya, lagipula kenapa Kibum gak mikir dulu sih sebelum tunangin anaknya yang masih belum cukup umur gini?" tante Tiffany sempat marah karena tak terima keponakannya bertunangan sebelum lulus SMA.
Kedua orangtua Jeno juga sempat menyuruhku untuk tinggal dirumahnya saja setelah memutuskan pertunanganku dengan Renjun. Dan Jeno yang mendengar langsung memarahiku karena aku pernah tak mendengarkannya waktu itu. Iya, Jeno juga menyuruhku untuk tinggal dirumahnya waktu itu.
Tapi, tentu saja aku menolak ajakan keluarga Lee itu mentah-mentah. Aku tidak bisa tinggal dirumah mereka begitu saja walaupun sebenarnya ingin. Tapi ya...
Renjun ingin menjemputku malam ini kerumah Jeno. Aku tidak bisa menolaknya, dan mengiyakan saja ajakannya.
Kalian tahu? Sebelum aku mengiyakan ajakan Renjun itu, Jeno benar-benar keras kepala ingin mengantarku. Sebenarnya bukan mengantar dalam artian yang sesungguhnya, itu hanya alibi agar ia bisa ikut denganku.
Tapi aku sengaja mengeraskan suara agar om Donghae dan tante Tiffany mendengar yang sedang menonton tv di ruang keluarga jika aku dijemput oleh Renjun malam ini. Aku tidak habis fikir dengan Jeno yang sangat kepo dengan urusanku ini.
Omong-omong, kedua orangtua Jeno sudah mengetahui perihal Jeno yang sekarang sudah memiliki kekasih. Bukan aku yang membeberkan fakta itu, tentu saja kak Yeonwoo yang mengatakan pada orangtuanya.
Oke kembali ke cerita.
Kita berdua sudah sampai di tujuan. Kulihat keluargaku dan keluarga Renjun sudah berada disana terlebih dahulu. Aku mengambil tempat duduk disebelah ayahku, dan Renjun mengambil tempat duduk disebelah tante Wendy.
Aku berdiri, membungkukan badan kepada orangtua Renjun lalu kembali duduk ditempatku. "Papa udah jarang ketemu kamu, makin cantik aja nih," suara om Chanyeol sambil tersenyum kearahku. Aku memang memanggil orangtua Renjun dengan sebutan mama papa. Sedekat itu aku dengan keluarganya.
Aku tersenyum balik, "Papa juga makin cakep aja hehe" ucapku lalu tertawa kecil. Jika sikap keluarga Renjun seperti ini terus, bagaimana aku bisa mengatakannya malam ini? Bisa-bisa kedua orangtua Renjun itu tidak akan mau bertemuku lagi sampai kapanpun.
"Darimana cakepnya, makin tua sekarang mah" itu suara tante Wendy. Sebenarnya yang dikatakan orangtua Renjun itu benar, om Chanyeol makin tua. Tapi tidak mungkin aku mengatakan yang sebenarnya.
Om Chanyeol langsung mempoutkan bibir, "kamu mah, jangan menistakan suami sendiri tau, kualat nanti" kata om Chanyeol. "Apaansih, orang bener kok makin tua" sahut tante Wendy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not u, but Him || HRJ
Teen Fiction"Bukan kamu, tapi Dia" Aku selalu merasakan sesaknya beban hidup yang menghimpit takdirku. Selalu kalah dalam segala hal yang kutemui, aku ingin menang sekali saja. Kenapa dunia sangat bertindak tidak adil dan menguasai semuanya? ↓ Kehadiran Kang Me...