19. Love Shot

25 7 0
                                    

¢dshoonie

"Aku pengen kamu jadi masa depan aku"

Aku terkekeh pelan ketika mendengar kalimatnya yang begitu ambigu dipikiranku. Bukankah ia terlalu percaya diri untuk mengatakannya?

"M-maksud kamu?" entah bagaimana untuk membalas kata-kata yang keluar dari bibir kecil Huang Renjun, ia terlalu jujur akan hal ini.

Pikiranku kosong, masih mencerna apa kata-kata yang dimaksud pria yang sedang berada didepanku ini.

"Bersatu lagi, kemudian menikah dan memiliki anak-anak yang imut seperti kamu" aku terkejut. Ia sangat terus terang dan membuatku salah tingkah. Aku tidak tahu kapan Renjun belajar hal-hal seperti ini.

Aku masih tercengang, pikiranku sudah melayang kemana-mana. Aku harusnya tersipu dengan hal seperti ini, tapi kenapa aku malah bingung?

Jantungku berdegup kencang ketika Renjun tersenyum tulus kearahku hingga gingsulnya terlihat manis dimataku, aku bingung bagaimana aku harus meresponnya.

Jantungku kembali berdegup, ini lebih kencang dan sangat cepat dari sebelumnya. Saking cepatnya, hingga aku merasakan betapa sakitnya itu. Kini pikiranku kosong kembali, dan semuanya terlihat kabur dimataku.

Kulihat samar-samar wajah Renjun panik, ia menggenggam tanganku erat dan terus berteriak tanpa henti. Memanggil namaku terus menerus dan berteriak meminta pertolongan pada orang-orang yang berlalu lalang.

Namun ini sudah larut malam, tak ada orang yang berada disini kecuali kami berdua. Jalannya terlihat sepi dan suasananya dingin.

Penglihatanku memudar, aku melihat Renjun begitu banyak. Semuanya buram dan melihat Renjun yang tak hanya satu dimataku.

"Akh!"

Kumohon, aku baru saja keluar dari rumah sakit! Ingin sekali berkata "jangan bawa aku kerumah sakit" tapi aku benar-benar tak kuat berkata satu kata pun.

"Kang Melphie!"

---o0o---

Srek!

Tirai jendela yang tak begitu besar ditarik oleh seseorang hingga sinar matahari pagi menembus kaca jendela dan mampu membuatku terbangun.

"Sayang, ayo sarapan dulu"

Aku menyipitkan mata dan menghalangi wajahku dengan telapak tangan karena sinar matahari mengganggu penglihatanku.

Kulihat ada sosok perempuan yang sangat kukenal, suaranya pun dengan mudah bisa kutebak dengan cepat.

Tante Wendy, mama Renjun.

Sebentar, apakah aku sedang berada dikediaman keluarga Huang sekarang? Kenapa aku bisa berada disini secara tiba-tiba?

Terakhir kali aku sadar bukankah sedang mengobrol dijalan bersama Renjun? Ia menyatakan perasaannya secara terus terang, ia tersenyum dan membuatku sakit.

Aku sakit dan terjatuh, penglihatanku buruk dan melihat Renjun sedang berteriak, ia sangat banyak hingga membuatku pening saat itu lalu berakhir pingsan.

Not u, but Him || HRJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang