¢dshoonie
Ini nyaris larut malam. Sebenarnya aku ingin menolak ajakan Renjun untuk berbicara padaku diluar, tapi karena dia bilang kalau hal ini penting dan membuang waktu sebentar, aku mengiyakan ajakannya.
Om Donghae dan tante Tiffany juga sempat melarangku, namun mereka mengerti keadaan Renjun sekarang dan mengizinkanku.
Aku benar-benar terkejut saat melihat keadaan Renjun saat ini. Apa kalian tahu? Ia seperti gelandangan yang malang. Bukan maksudku, tapi dia terlihat sangat kacau.
"Kamu mau ngomong apa?" tanyaku ketika risih dengan suasana tegang seperti ini. Dari kami pergi sampai sekarang, belum ada pertanyaan dan perkataan dari Renjun sama sekali.
Kami berjalan kaki. Renjun tidak membawa mobil ataupun motor dari rumahnya, padahal jarak dari rumahnya dengan rumah Jeno tidak begitu dekat.
Langkahnya terhenti dan itu membuatku menghentikkan langkahku juga, "aku minta maaf" ujarnya pelan.
Aku menatapnya lalu tertawa pelan, "Jun kamu gak berhak minta maaf, seharusnya disini aku yang minta maaf karena buat kamu kayak gini" ia menatapku dengan sendu.
"Aku gak nyesel pernah kenal sama kamu" masih dengan tatapan sendu, ia menunduk dan kurasa ia sedang menahan tangis.
Memegang kedua pundaknya dan menepuk-nepuknya pelan agar ia sedikit lebih tenang. Aku bingung, siapakah yang salah diantara kami berdua?
Apakah aku? Atau Renjun?
Bagiku ini seratus persen salahku. Renjun sama sekali tak bersalah dan dia tak berhak untuk meminta maaf. Dengan aku tak meladeni Seomi, mungkin hubungan kami akan baik-baik saja.
Ya benar, ini memang salahku.
Dalam seumur hidupku ini aku tak pernah merasakan jatuh cinta pada seseorang. Aku terus berusaha untuk mencintainya selama ini. Walaupun satu persen, itu sangat berarti bagiku.
Tapi kenapa aku tak bisa mencintainya? Aku ingin menghargai perasaannya. Kurasa ia sudah mengetahui tentang perasaanku padanya walaupun aku belum memberitahunya.
Aku takut jika Renjun berfikir kalau aku bertahan padanya hanya karena sekadar kasihan. Percayalah, aku tak ada niatan untuk mengasihaninya. Aku benar-benar tulus padanya dan ingin menunggu hingga aku mencintainya.
Tak masalah bagiku jika Renjun tak kuat dengan diriku yang emosional dan pemilih. Aku pun tak berharap dengannya, aku hanya ingin merasakan bagaimana menghargai perasaan seseorang.
"Aku pun gak nyesel pernah berhubungan sama kamu. Karena kamu, aku bisa ngerasain gimana ngurus seseorang, gimana menghargai perasaan seseorang, dan gimana caranya mencintai seseorang" berdusta sedikit bagiku tak masalah.
Kudengar helaan nafas darinya yang jelas terdengar olehku, "gimana caranya kamu mencintai seseorang..." ia berfikir sebentar lalu melanjutkan. "Cinta sama Doyoung ya?" lalu tersenyum sendu.
Benar-benar tak habis fikir dengan jalan pikirannya. Ya memang aku sedikit berbohong padanya, tapi bahkan aku tak sama sekali berfikir kalau itu kak Doyoung.
"Jun, jangan mulai lagi deh..."
Sangat bosan ketika Renjun membicarakan kak Doyoung setiap kali kami bertemu. Walaupun bertemu hanya beberapa saat setelah kami putus, ia masih sempat membicarakan kak Doyoung.
![](https://img.wattpad.com/cover/213171127-288-k691092.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Not u, but Him || HRJ
Teen Fiction"Bukan kamu, tapi Dia" Aku selalu merasakan sesaknya beban hidup yang menghimpit takdirku. Selalu kalah dalam segala hal yang kutemui, aku ingin menang sekali saja. Kenapa dunia sangat bertindak tidak adil dan menguasai semuanya? ↓ Kehadiran Kang Me...