15. Stay By My Side

37 10 1
                                    

¢dshoonie


Dua hari berlalu, tidak ada lagi yang mengunjungiku kerumah sakit untuk sekadar menjenguk dan bertemu. Sudah dua hari juga kak Doyoung menemaniku dirumah sakit.

Tidak ada hal yang aneh diantara kami selama dua hari ini. Sebenarnya aku masih ingin tahu apa yang ingin dikatakan kak Doyoung waktu itu.

Oke, lupakan masalah itu.

Omong-omong, aku sangat senang hari ini. Dokter berkata bahwa aku bisa pulang sore ini. Benar-benar melegakan sekali, lagipula selama aku dirumah sakit, aku tidak merasakan sakit sedikitpun.

Ini masih siang, kak Doyoung sedang sibuk membereskan baju-bajuku yang berantakan. Menatanya dengan telaten, memasukan beberapa baju yang sudah ia lipat rapih dan mengeluarkan baju kotor yang aku sengaja taruh di tasku.

Tenang saja, urusan pakaian dalam aku menyuruhnya untuk tidak berurusan dengan benda itu. Ia hanya mengangguk mengerti, setelah ia selesai merapikan pakaian-pakaianku, aku yang mengambil alih dan mulai memasukkan pakaian dalamku kedalam tas.

"Ngerepotin kakak aja kan akunya, makanya kalau aku suruh pulang ya pulang kak" aku mengusap tengkuk tidak enak. Lagipula kemarin aku sudah menyuruhnya untuk pulang dan beristirahat. Namun ia bersikeras melawan ingin menemaniku sampai aku keluar dari rumah sakit.

"Kamu gak ngerepotin kok, ini memangnya harus jadi tugas aku buat jagain kamu" ujarnya pelan. Ia masih sibuk membersihkan pakaian-pakaian dan memasukkan kedalam tasnya.

Aku tertawa hambar, "iya aja deh, makasih ya kak mau temenin aku" kak Doyoung berhenti sebentar, berbalik dan menatapku lalu tersenyum tipis namun tulus.

Ia melanjutkan kegiatannya lagi. Menyibukkan diri dengan benda-benda yang mungkin baginya sangat penting untuk diletakkan kembali kedalam tasnya.

"Kakak nganter kamu kerumah sepupumu lagi?" tanyanya yang masih memebersihkan pakaiannya. Tanpa menoleh.

Aku belum menjawabnya, masih berfikir kemana aku pulang. Apakah aku harus pulang kerumah Jeno lagi? Aku sangat tak enak, aku terlalu lama tinggal dirumahnya.

Ya walaupun kami sepupu, pasti kalian juga memiliki perasaan tidak enak pada kerabat kalian jika tinggal dirumahnya sangat lama.

"Melphie?"

"Ehm, kayaknya kerumah sepupuku aja deh kak" ia mengangguk-anggukan kepalanya pelan, "kenapa gak pulang kerumahmu?" tanyanya.

"Males aja pulang kesana" ujarku ketus. Kak Doyoung tertawa pelan lantas menggeleng-geleng, "gak boleh gitu ah sama orangtua sendiri, gitu-gitu kan dia ayah dan ibu kamu."

Aku merotasikan bola mata malas, "gak usah manggil dia ibu kali kak" mengibaskan tangan kearahnya, sepertinya pria yang berada didepanku ini sudah selesai dengan kegiatannya.

"Jangan bedain ibu kandung sama ibu tiri, gak baik. Walaupun bukan sedarah, dia pasti sayang sama kamu dan selalu ingin kamu dapet yang terbaik" ia mendudukkan dirinya dikursi lipat yang berada tepat disamping ranjangku.

Melotot tak percaya padanya, "sayang dari mana?! Kakak gak tau gimana sebenernya sikap ibu tiri aku tau!" aku menghadap kearah lain, kesal pada kak Doyoung yang terus membela-ehm, bukan membela. Seperti menasihati?

"Dia itu galak banget sama aku, gak mau ngalah, selalu sok berkuasa dirumahku kalau gak ada ayah, pergi-pergian sampe lupa waktu!" aku sedikit mendeskripsikan ibu tiriku.

Dengan sesekian kalinya kak Doyoung tertawa melihat tingkahku yang begita benci dengan seseorang, "aku gak nanya sikap ibu tirimu loh" ia masih tertawa, tertawa meledek yang membuatku ingin meninju wajahnya yang tampan itu.

Not u, but Him || HRJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang