7. Kunjungan

10.5K 771 21
                                    

Terlihat Al dengan keluarga kecilnya sedang berada di sebuah taman yang terlihat sepi. Al terlihat membantu Qia agar lancar berjalan.

"Ayo Qi kamu pasti bisa, saya di sini nunggu kamu!" Sorak Al menggebu-gebu semangat.

Tidak jauh di sana Qia sedang berdiri, melangkah ke arah Al dengan kaki yang dilangkahkan yang masih terlihat kaku.

"Mama semangat! Mama semangat!" teriak Ain dengan pakaian nyeleneh sambil menggoyang-goyangkan pantatnya yang berlapis popok dengan lincah.

Sedangkan Ano tersenyum lebar sambil melambai-lambaikan tangan ke arah sang Mama, mengabaikan kegilaan Ain yang sudah seperti cacing terkena sabun.

"Alhamdulillah," seru Al penuh sukur.

"Saya sudah tebak, kalau kamu pasti bisa jalan lagi," lanjut Al berbisik saat tubuh gemuk Qia yang kini sudah berada di pelukannya.

Qia menangis haru, terapi yang dijalaninya selama berbulan-bulan akhirnya membuahkan hasil. Sekarang ia bisa berjalan walau baru bisa beberapa langkah. Itu awalan yang baik bukan?

"Ade kenapa pake in baju cewek sih?" Qia memukul punggung Al kencang.

Al tertawa. Semakin memeluk tubuh empuk Qia. "Saya yang beli baju itu waktu mampir di mall, awalnya tak coba pake ke Abang, tapi malah digigit."

Qia meringis saat melihat kulit tangan Al yang sedikit terkoyak. Lagian siapa suruh dandani anak cowok pake pakaian balet?!

"Terus saya coba ke Ade, eh, Malah kesenangan. Jadi ya udah lumayan jadi ga mubazir bajunya," sambungnya dengan mata berbinar.

Bola mata Qia mendelik. "Anak kamu cowok loh A'."

"Lagian siapa bilang kalau anak saya cewek? Saya masih inget ko, kalo Ade sama Abang cowok."

"Pokoknya Qia ga mau liat lagi A'a dandani mereka kaya cewek. Qia ga mau nanti mereka jadi gemulai."

Al mendudukkan Qia di kursi roda, kemudian ia berjongkok di hadapan Qia. "Mangkanya nanti kita bikin anak perempuan ya, biar saya ga dandani Abang sama Ade kaya cewek lagi."

Mendengar kepala Qia kembali mengangguk tanpa beban. "Kalo Qia udah bisa jalan ya A'."

Wajah Al langsung kaget, tadi dia hanya berniat menjahili Qia seperti biasa. Namun respons yang diberikan Qia kembali membuatnya senang bukan kepalang. "Janji, saya ga mau kalo cuma dikasih harapan palsu!"

"Janji A', Qia mah orangnya dapat dipercaya. Setia ga kaya A'a yang lirik sana sini, kaya buaya darat!"

Sekakmat.

Al merengut, tidak habis pikir dengan kata-kata Qia. Padahal ia sudah insaf semenjak menjadi suami sah seorang Qiana Zury yang galaknya melebihi sang Ibu tercinta, Danella.

*

Hari semakin larut pasangan suami istri itu bukannya tidur tapi malah berdebat hal yang tidak berbobot sama sekali.

"Qia Pian itu siapa?!"

Qia menghela napas lelah, sudah berapa kali Al menghapus kontak teman SMA laki-lakinya.

"Temen Qia, dia baik tau A'... Pernah ngasih utang batagor waktu Qia kelaperan di sekolah."

Bahkan hutangnya itu belum aku bayar sampai sekarang. Kasihan sekali kau wahai Pian-No.

"Batagor doang! Saya hapus."

Qia langsung merebut ponsel berwarna hitam itu cepat, namun naas nomor Pian sudah hilang dari peradaban di kontak yang tersimpan.

"Jangan cemberut, udah jelek tambah jelek."

Dengan kesal Qia memukulnya beberapa kali. "Qia itu cantik, imut, lemah gemulai kaya anak putri kerajaan."

Suami Kampret! || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang