20. Pertarungan sengit

8.6K 637 17
                                    

Qiana terlihat sedang merenung di ruang tamu, dengan tv yang menyala. Namun terbalik, bukannya Qia yang menonton tv, justrus tv lah yang menonton Qia yang sedang melamun.

"Dulu ibu Nita lola yah? Soalnya sekarang Qia juga bego tau bu?" Celetuk Qiana saat tau kalau Ella duduk bergabung di sampingnya.

Ella terkekeh. "Dulu Nita murid terjenius di sekolah," celutuk Ella sembari mencari saluran tv yang menarik.

"Masa sih Mom, terus kenapa Qia nya bego gini?"

"Dulu yang ceweknya Ibu mu, Nita. Kalo yang cowoknya suami mom, Vian."

Mata Qiana berbinar mendengar cerita yang di buat Ella, bangga memiliki ibu seperti Nita.

Rasanya ingin bertemu, namun tidak mungkin, kami sudah beda alam.

"Berarti Mom termasuk bodoh?"

Ella yang tadinya tersenyum lebar, kini menatap tajam istri putranya. Bibirnya mencebik karna fakta bahwa dulu ia memang tidak pandai memang sudah menjadi sejarah.

Bahkan dulu kebodohannya melebihi orang idiot, entah waktu itu Vian kepentok apa sampai tergila-gila dengan perempuan begal yang tak memiliki kemampuan untuk dibanggakan sama sekali.

Hanya bisa adu jotos dan balapan mobil, bahkan kedua kemampuannya itu tidak mencerminkan sikap perempuan sama sekali.

Qiana tertawa saat melihat wajah putih milik Ella memerah. "Tenang Mom, Qia juga bego tapi biasa aja ko."

Senyum Ella merekah, tawanya menggema. "Sesama bego kita harus saling mendukung."

Lalu mereka bertos ria, mengabaikan elusan dada tidak percaya dari Vian dan Al yang baru saja pulang dari kantor.

"Istri Dad ko gitu banget."

Vian melirik sini. "Istrimu juga ga kalah aneh."

*

"Assalamualaikum!"

Ella yang sedang telungkup sambil menonton tv segera berdiri, penasaran siapa yang bertamu dimalam Minggu begini.

"Waalaikumsalam."

Raut wajah Ella berubah geram saat siapa yang bertamu, haji domot ini lagi ternyata. Siapa lagi kalau bukan haji Teti.

"Saya ga disuruh masuk Bu?" haji Teti tersenyum jumawa.

"Rumah saya sempit! Jadi diluar saja, cepet ngomong saya mau nyantuy di dalem."

Masih kesal dengan wanita paruh baya yang namanya tersohor di komplek ini, namun tak mempunyai rasa malu sama sekali.

"Ini Bu saya mau nitip putri saya Hani, katanya mau malam Minggu sama Al," haji Teti tersenyun lebar, menyuruh Hani mendekat kearah Ella.

Emosi Ella.jelas langsung tersulut. "Haji Teti, yang cantik mempesona bagai kupu-kupu. Ibu tau kan kalo putra saya udah NIKAH?!"


Ella berjalan keluar, menutup pintu dari luar. Takut jika Qiana mendengar omongan sepahit pare milik haji Teti ini.

Suami Kampret! || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang