34. Baper

6.1K 540 57
                                    

Disinilah Qiana sekarang, berdiri diantara kumpulan gedung-gedung tinggi yang membuat bola matanya pening saat melihat kaca gedung yang terkena sinar matahari.

Abdi lieur.

Kalo kata orang sunda mah.

Sekali-kali belajar bahasa sunda, biar kalo Alano, Alain atau Arum punya jodoh orang sana, ia ada nyambung-nyambungnya dikit.

Biar ga bego-bego amat. Haha.

Matanya menatap horor para penjaga yang badan seperti bison yang sekarang tepat berdiri di hadapannya. "Ga baik, ngalangin jalan orang tau Om."

"Anak kecil dilarang masuk ke dalam kantor."

Anak kecil?

Mata Qia melotot, tinggi badannya memang tidak sesuai standar, tapi jangan salah, yang dipanggil anak kecil ini, sudah bisa mencetak anak kecil juga.

"Qia mau ketemu A'a!"

"Ga ada A'a di sini, ada nya I'i."

Wahh.. Songong, malah guyon, di kata ia dodit Mulyanto kali yah? Yang tukang ngelawak.

"Keluar!" penjaga keamanan berbadan besar itu menggiring Qiana keluar seperti mengusir kucing liar.

"Yahh... Tunggu dong Om, masa Qia yang imut gini suruh nunggu bareng teriknya matahari," Qiana merengek, menarik ujung baju berwarna biru dongker milik manusia kaku yang menurutnya seperti robot itu pelan.

"Lagian anak kecil harusnya di rumah, ga boleh keluyuran!" tegur nya kesal, menghempas tangan Qia kasar, lalu masuk kembali ke dalam.

Qiana menghela napas pasrah, niatnya ingin kembali masuk dan memohon ke penjaga tadi ia urungkan, takut membuat keributan yang akan membuat Al semakin marah.

Lebih baik ia menunggu, walau menunggu itu lelah, tapi tidak papah, yang terpenting ia bisa mendapat maaf dari Alaric Bayanaka.

Ia jadi ingat kejadian saat mampir ke kantor ini waktu masih sekolah, sebelum menjadi istri laki-laki itu.

Qiana meringis, saat otaknya mengingat bahwa di hari itu juga ia melempar sekertaris Al dengan pajangan kucing sehingga mengenai jidat laki-laki paruh baya itu hingga berdarah.

Padahal kedatangan laki-laki itu sangat baik, membawakannya satu kantong plastik besar cemilan atas perintah Alaric sendiri.

Ia jadi merasa bersalah, dan perlu meminta maaf kembali.

Tapi apa laki-laki paruh baya itu masih bekerja di sini?

Semoga saja masih.

Kalau kalian lupa silahkan baca di cerita season pertama perjalanan Qiana sebelum terikat hubungan serius dengan Alaric Bayanaka.

*

Al berjongkok di pinggir perempuan yang dengan tidak tau malunya malah nyenyak tidur, bagai gembel.

Tangannya terangkat mencubit pipi bakbau yang memerah karena panas matahari itu, gemas rasanya milihat kelakuan perempuan yang sudah sah jadi pendamping hidupnya ini.

Suami Kampret! || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang