22. Blasteran

7.3K 567 6
                                    

Al tidak berhenti mengumpat sembari memukul kepalanya kencang, akibat sikap seperti bocahnya, ia hampir saja kehilangan buah hatinya dengan sang istri.

"Qi, maafin saya," al memegang punggung tangan sang istri yang sedang terbaring di ranjang pesakitan.

Kedua orang tuanya bahkan sudah ada di sini, saat Ibu dan Ayahnya datang Al langsung terkena amukan sang Ibu yang membuat badannya panas akibat cubitan wanita paruh baya itu.

Qia tersenyum tipis, mengelus rambut kepala Al sayang. "Makasih ya A' udah bawa Qia ke rumah sakit, Qia ga tau kalo A'a masih ngambek bakalan seperti apa debay di dalam perut Qia nanti."

Laki-laki itu memeluk perut Qia lembut, mengecupnya berulang kali dengan air mata yang tertahan. "Maafin Papa yah De, karna rasa cemburu Papa sama Mama, kamu harus jadi korban."

Ella dan Vian memutar bola mata malas, melihat kelakuan menyebalkan sang putra. Melakukan kesalahan, lalu meminta maaf dan kembali melakukan kesalahan kemudian meminta maaf lagi.

"Kita keluar aja yu Mas, aku gerah ada disini. Ada yah manusia kaya anak kamu."

Vian mendengus. "Anak kita, kamu ini kalo yang jelek aja dilempar ke Mas."

"Yongan dulu kamu juga ga jauh beda ko sama putramu!" ketus Ella mencium kening Qia lembut.

"Mom, sama Dad pulang dulu yah sayang. Kasian tadi si kembar Mom tinggal soalnya tadi lagi tidur," jelasnya, melangkah pergi tanpa menyapa Al.

Vian tersenyum tipis kearah Qia. "Cepet sembuh ya nak, kalo kamu sakit kan nanti Mommymu ga ada temen ribut."

Jika Ella tidak mempunyai teman untuk melakukan kegiatannya yang aneh, Vian dan Al lah yang akan diikut sertakan menjadi pemain di dalamnya.

Itu sangat menyeramkan, selain pinggangnya yang menjadi sasaran keganasan Ella, telinga dan hatinya pun ikut terkontaminasi virus suara Ella yang cempreng melebihi penyanyi rockstar.

"Qia nanti sore pulang ko Dad," Qiana terkekeh melihat wajah ngeri Vian.

Apa sebegitu menyeramkannya seorang Danella?

Vian mengelus rambut panjang Qia sayang, kemudian beralih menepuk punggung tegap sang putra. "Jangan dengerin Mommu, tau sendiri kaya apa kan?" canda Vian meringis saat ia menemukan sang istri sedang bersidekap dada diambang pitu.

"Mas kira nunggu di parkiran," vian dengan santai megandeng tangan istrinya.

"Kalo aku nunggu di parkiran, udah dipastiin aku ga bakal tau kalo kamu lagi ngomongin aku Mas!" sinis Ella.

Vian memekik sakit saat sang istri mencubit pinggangnya kencang.

Tuhkan Vian udah bilang, bagaimanapun suasana hati Ella, wanita ini akan tetap dengan satu sifatnya.

Yaitu galak!

Tiada hari tanpa marah dan ngedumel.

*

"A'a terlalu UNLIMITED buat Qia yang PAKET DARURAT."

"Ngomong apa sih kamu Qi?!"

Suami Kampret! || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang