"A' cepet dong, nanti mall nya tutup!"
Al masih santai, ia menggosok pelan rambut basahnya dengan handuk kecil.
Senyum bodonya terbit saat membayangkan betapa romantisnya jika sang istrilah yang mengeringkan rambut basahnya.
"Lelet banget sih! Seharusnya laki-laki itu ga kebanyakan gaya."
Fantasi Al buyar sudah, mendengar suara cempreng wanita yang sedang hamil muda itu. "Saya aja baru bangun Qi, jadi sarapan dulu."
"Mangkanya kalo dibangunin tuh cepet bangun A', ini mah dibangunin dari tadi cuma ham, hem, ham, hem udah kaya orang gagu."
"Ngatuk, kamu gak ingget siapa yang bikin saya tidur telat," al berdecak kesal melihat sang istri malah mengerakkan bibirnya tanpa suara.
"Jadi ga iklas sama yang tadi malem, kan debay yang minta buat dibeliin martabak."
"Iklas ko iklas," jawab Al cepat mendapati tatapan melotot istri galaknya.
*
Setelah melewati perdebatan panjang bin ribet yang pastinya dimenangkan oleh sang ratu rumah, di sinilah mereka, mall besar di kota Bandung.
"Kan Dedenya masih lama lahirnya Qi, masa mau beli baju nya sekarang," al menyeletuk saat di kedua tangannya sudah ada beberapa potong pakaian bayi perempuan, sedangkan istrinya masih lihai memilih baju-baju bayi yang menurutnya menarik.
"Jadi A'a larang Qia buat beli baju buat debay? Pelit banget sih."
Al meringis. "Bukannya gitu Qi, tapi kalo belinya nantikan bakalan ada model baju yang lebih bagus."
Aku mengibas-ibaskan tangan tidak peduli. "Gampang beli lagi, katanya orang kaya."
"Terserah kamu Qi!" ketus Al gemas, jika bukan sedang berada di keramaian Al tidak akan segan untuk mengigit pipi bulat yang melebihi dosis tampung itu hingga memerah. Meluapkan rasa dongkolnya.
"A' bajunya bagus warna hitam atau kuning?"
"Hitam bagus."
"Tapi A' lucuan yang baju warna ungu tau."
Menghela napas sabar Al tersenyum lembut. "Ya udah iya ungu juga bagus ko, cocok buat Dede cewek atau cowok. Kan kita belum tau."
Bibir Qiana mengerucut kesal. "Gak jadi ah, ungu itu kaya janda, kan anak kita masih kecil masa dipakein warna janda ya A'"
"Sekalian ga usah beli!" sembur Al kesal kesal.
Qiana melotot, berkacak binggang di depan Al. "Kok gitu jawabnya?! A'a ga suka temenin Qia shoping?!"
Wajah Al pias, wanita memang mahluk paling aneh di dunia. Dijawab ia kena omel gak dijawab ia kena hantam.
Serba salah memang.
"Sekarang Qia tanya bagus warna merah apa garis-garis?"
Al menimang, sembari melihat kedua baju bayi yang kini dipegang sang istri di kedua tangan di sisi kanan dan kiri. "Garis-garis bagus, imut."
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Kampret! || END
Romance[Sebagian chapter di privat, follow untuk membacanya] [Sequel Possessive Windower Tail Two] Gadis yang duduk dikursi roda itu tertawa cekikikan, saat mengingat hal konyol yang dilakukan laki-laki ini saat ijab kabul. Sedangkan Al berdecak malas seka...