43. Sampo cabe

5.3K 517 37
                                    

Setelah melewati perdebatan alot dan menyebalkan antara Al juga Rian mengenai pemeriksaan Qiana yang selalu mendapat protes dari Al saat kulit tangan Rian menyentuh langsung kulit tangan serta jidat sang istri, akhirnya kini semuanya telah tentram kembali.

Rian tersenyum tipis, duduk di samping sahabatnya yang masih terlihat cemas. "Ga usah cemas gitu, istri lo baik-baik aja," tangan Rian mengeluarkan bungkus rokok, dan korek api. Berniat menyalakannya. Belum juga terbakar, rokoknya sudah menghilang dari sela bibir.

"Jangan ngerokok di sini bego, lo mau pulang dari sini bibir lo ilang satu?" al memberi isyarat lewat matanya pada Rian ke arah Qiana yang kini terlihat pulas dalam tidurnya.

"Anjir, serem amat dah istri lo," rian langsung memasukkan kembali bungkus rokok dengan korek apinya ke saku celana.

"Mangkanya jangan macem-macem. Coba jelasin keadaan istri gue kenapa?"

"Kecapean. Mangkanya lo harus bisa jadi suami siaga. Untuk obatnya nanti gue buatin resepnya, terus lo tebus di apotek."

Bola mata Al memutar kesal. "Gaya lo suami siaga. Terus apa kabar sama lo yang sampe sekarang masih lajang?"

Senyum setan Rian muncul. "Kan gue mau nunggu jandanya istri lo."

"Bangsat!" al memukul wajah sahabatnya.

Rian meringis, tidak bisa di ajak bercanda sama sekali Al kalau sudah menyangkut istrinya. "Tolol lo!"

"Lol!"

Dengan sigap Rian menangkap piring kaca yang tadi di lempar oleh bayi perempuan yang kini sedang merangkak ke arahnya.

Al menepuk jidatnya kasar, lagi-lagi putrinya harus menirukan kata yang tidak pantas di ucapkan oleh batita seumuran Arum.

"Untung kepala gue selamet, ini bayi kaya indukannya bener dah. Bar-bar amat!"

"Lol!"

"Nama Om Rian buka Lol!" rian membawa badan gemuk itu ke dalam pangkuannya.

Al menoyor kencang jidat sahabatnya. "Dia niruin omongan lo!"

"Tolol maksud lo?"

"Lol!" tiru Arum bertepuk tangan bahagia.

"Jangan di omongin lagi!" sambar Al geram, mencoba tidak mengumpat dihadapan putrinya kembali.

Rian terkekeh, mencium pipi bulat itu gemas. "Om."

Mata bulat Arum berkedip. "Lol!"

Tawa lepas Al keluar, bayi perempuan itu tidak akan menurut. Persis seperti indukkannya.

"Om."

"Lol"

Bibir Rian mengerucut, menyerahkan batita perempuan itu ke pangkuan Al. Namun jeritan Arum nyatanya mampu membuat Qiana terbangun dari tidurnya.

Al mengangkat kedua tangannya keatas, menyengir bodoh. "Yang bikin nangis Arum bukan saya, tapi Rian."

Mata bulat Qiana menghunus tajam pada manik mata Rian, membuat laki-laki itu langsung mengelus lembut punggung batita perempuan yang kini masih terisak.

Suami Kampret! || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang