44. Pelakor lagi?

6K 484 23
                                    

Senyum Qiana merekah, menatap kantong plastik yang kini berada di genggaman tangannya, mengandeng lengan kekar milik Al kembali menyusuri penjual pinggir jalan yang jajanan nya mampu mengunggah selera.

"Ke mana lagi? Saya udah pusing diajak keliling dunia makanan bareng kamu Qi!" protes Al jengah pada istrinya ini.

"Cari cimol setan. Habis itu baru pulang," bukannya merasa bersalah, Qiana malah terkekeh membuat Al memutar bola mata malas.

Senyum Qiana semakin melebar saat melihat penjual cimol setan kelihatan tidak terlalu ramai. "A'a tunggu di sini aja, Qia mau beli dulu. Jangan bergerak satu langkah pun dari tempat."

Bola mata Al kembali bergulir jengah, tidak mau menurut akhirnya Al memilik tempat yang tidak terlalu ramai untuk bersantai sembari menunggu istrinya kembali dengan jajanan kesukaannya itu.

Sepuluh menit berlalu, Al menghela napas lega saat dari jauh melihat istrinya sedang berjalan ke arah nya dengan senyum lebar. Makanan memang menjadi mood booster perempuan itu.

"Di bilang jangan bergerak dari tempat yang Qia tentu-"
"Mbak apan-apaan sih?!" Serobot Qiana langsung berdiri di depan Al dengan kedua tangan yang merentang di kedua sisi. Menatap galak pada perempuan cantik yang berniat memeluk Al.

"Irena."

Kepala Qiana menoleh ke arah Al, mendengus saat nama yang tadi Al sebut telah berhasil ia ingat.

"Maaf kan saya, saya ga tau kalo ada kamu di sini," irena tersenyum kikuk.

Bibir Qiana bergerak tanpa suara, menyumpah serapahi mantan istri pertama Al yang menurutnya tidak tau malu.

"Mbak Irena ini kalo muncul cuma bikin cinta Al ke Qia goyah tau."

"Mana ada!" bantah Al tidak terima.

"Yang waktu kejadian ikatan tunangan kita sampe putus itu gara-gara apa coba?!"

Al kicep. Menggaruk tengkuknya yang kini terasa dingin akibat mata bulat Qiana yang berkilat marah.

"Sejak kejadian di taman beberapa tahun lalu saya sama Al memutuskan cuma sahabatan. Kita juga masih sering bertukar kabar."

Plakkk...

Al meringis saat telapak tangan istrinya kembali mampir di punggung tegapnya, sungguh tidak bisa dianggap remeh tempelengan milik seorang Qiana.

Rasa sakit yang dihasilnya akan hilang dalam kurun waktu beberapa jam.

"Sahabatan antara laki-laki sama perempuan itu ga ada yang murni. Ngaku, Mbak Irena masih cinta kan sama A'a kan?"

Irena menggigit bibirnya gelisah. "Yah rasa cinta buat Al ga pernah pudar," kepalanya menunduk dalam dengan kedu pipi bersemu merah.

Mulut Qiana melebar dengan perasaan dongkol juga marah. "Udah berapa episode berlalu? Dan Mbak masih berusaha dapetin cinta Al yang gaib."

Telapak tangan Al mengelus dada bidangnya sabar, apa istrinya bilang? Cintanya gaib. Berarti ga keliatan dong?

Gade istri boleh ga sih?

Suami Kampret! || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang