Kepala Qiana menggelengkan kepala takjub saat melihat tangis Arum langsung berhenti setelah digendong Al. Bayi perempuan itu kini dengan nyaman menyenderkan kepala pada bah Al, dengan jari-jari dimasukkan ke dalam mulut.
Mata Qiana memanas melihat pemandangan itu, sungguh ia sangat bersyukur putri kecilnya mempunyai keluarga lengkap dengan kasih sayang yang melimpah.
Dengan lembut Qiana mengecup kening Ano dan Ain yang baru saja terlelap setelah di bacakan cerita sebagai pengantar tidur.
Ini kegiatannya dengan Al sebelum ikut beristirahat dari lelahnya menjalankan aktifitas seharian. Menidurkan si kembar juga Arum.
Kaki Qiana berjinjit di samping Al, "Qia punya Hadiah buat A'a," bisik nya, yang membuat mata Al langsung melotot.
Qiana terkekeh, mendaratkan kecupan pada kening Arum yang kini keliatan sudah pulas. Lalu melenggang pergi keluar.
Al pun segera meletakkan putrinya ke dalam box bayi, berjalan tergesa ke arah kamarnya dengan Qiana.
"Duduk di sini," Tangan Qiana menepuk-nepuk pelan sisi ranjang.
Senyum geli Al terbit, menuruti kemauan sang istri. "Mau apa?"
"Buka baju nya."
Mata Al melotot kaget. Namun tak urung membuat senyum mesumnya mengembang lebar. "Udah saya buka."
"Tengkurap."
Dengan cekatan Al pun kembali menuruti kemauan istrinya, detik berikutnya Al langsung menahan napas saat perempuan itu menduduki punggungnya.
Berat!
Membuat dadanya sesak, mengakibatkan gangguan pernapasan yang berakibat fatal. Dasar istrinya ini, benar-benar minta di adzanin dua kali.
Rasa perih yang mejalar di punggungnya membuat hayalan mesum Al langsung buyar, laki-laki itu mengerakkan badannya kencang. Berharap istrinya akan jatuh dan ia bisa kabur.
"Qia bawa karter. Sekali lagi gerak, jangan nangis kalo punggungnya berdarah-darah!"
Badan Al langsung anteng, berkedip pun rasanya tidak mampu Al lakukan.
"Gini kan enak. Qia bisa kerokin A'a dengan tenang, damai dan tentram."
"Tenang di kamu, sakit di saya Qiana!"
*
Sejak acara kerokan itu membuat Al ngambek selalu mengomel pada Istrinya, meskipun kini perutnya terasa lebih lega tapi punggungnya jadi belang-belang.
Dan Al tidak suka itu. Menurutnya seperti zebra cross yang siap di injak-injak pejalan kaki.
Qiana memutar bola mata malas, memakan kerupuk dengan suara kencang.
"A'a ambilin minum dong."
"Ga mau!" ketus Al masih sibuk memandangi punggungnya lewat kaca lemari. Malang sekali punggung tegapnya jadi seperti motif baju penjaraan di kartun spongeBob SquarePants.
Astaga istrinya itu memang benar-benar minta di sleding.
"Harus nurut sama istri A'!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Kampret! || END
Romance[Sebagian chapter di privat, follow untuk membacanya] [Sequel Possessive Windower Tail Two] Gadis yang duduk dikursi roda itu tertawa cekikikan, saat mengingat hal konyol yang dilakukan laki-laki ini saat ijab kabul. Sedangkan Al berdecak malas seka...