12. Temu kangen

9.5K 676 23
                                    

Sudah lewat satu bulan setengah si kembar sekolah, mereka sungguh menggemaskan saat memakai seragam merah putih.

Badan mereka yang gembul membuat seragam itu menggembung di bagian depan perut, seperti gendang yang siap ditabuh.

"Anak Mama, mau ditemenin apa Mama pulang aja?"

Mereka berdua kompak menggeleng. "Mama pulang aja, abang jagoan disini. Jadi ga ada yang berani gangguin."

Bocah satu itu memang begal, waktu sekolah baru 2 Minggu Ano sudah membuat anak laki-laki yang berani mengejek sang adik tersayangnya masuk klinik.

Kepalanya bocor, akibat tertimpuk kimpul alumunium yang biasa disiapkannya untuk bocah itu minum.

Membuat ia dan Al harus menghadap kepala sekolah atas sikap nakal putra mereka.

Yang membuatnya tambah gondok adalah reaksi Al malah merasa bangga dengan sang putra yang berani.

Ingin rasanya ia juga menimpuk kepala laki-laki bangkotan itu dengan benda yang sama.

Agar Al merasakan sakitnya seperti apa.

"Salim dulu."

Kedua nya menyalimi punggung tanganku, akupun mengecup kening mereka lembut. "Bilang apa?"

"Assalamualaikum Mama."

"Walaikumumsalam, anak pintar, sana masuk. Entar kalo pulang Papa kalian yang jemput."

Aku menatap punggung yang berisi tas gendong itu terharu, keduanya bukan lagi bayi yang tidak akan tidur jika belum dibuatkan susu di dot.

Dorrr....

"Astagfirullah A'!"

Makin tua kelakuannya makin nyebelin, gemes pengen gorok rasanya.

"Ga usah senyum!"

Al merengut. "Kinar aja bakalan tersipu kalo dikasih senyum sama Rian, lah kamu malah sewot."

Yoo... Jelas lah, yongan aku sama Mbak Kinar beda ko.


Aku memandangnya tidak peduli, kembali melanjutkan langkah kaki, yah... Sekolah si kembar tidak jauh dari tempat tinggal keluarga kecilnya.

Jadi ia tidak perlu memakai jasa supir untuk mengantar jemput si kembar yang gemesin itu.

Hemat uang bukan? Menggaji supir sangat menguras dompet, meskipun Al lebih dari kata mampu, namun aku harus pandai mengelola keuangan rumah tangga.

Ingat aku bukannya pelit, hanya ngirit.

"Qi, kamu kenapa si ga suka senyum saya?!" al ngegas, sebal pada sang istri yang tidak menanggapi celotehannya.

Dikira jalan sambil ngoceh itu ngga butuh tenaga ekstra apa?!

"Mau tau?"

Al mengangguk bagai anak kecil, senyumnya mengembang mendapat respon sang istri yang juga tersenyum lebar didepannya.

Jantung gadis itu pasti dag dig dug der kalau melihat senyumnya, itulah yang ada dipikiran Al sekarang.

Suami Kampret! || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang