Al bergerak gelisah di tempat, beberapa jam yang lalu ia membawa pulang paksa sang istri dari rumah tua yang dulunya adalah tempat tinggal perempuan itu.
Jangan tanya Al mengetahui dari siapa? Tentu saja dari Wira, sahabatnya.
Laki-laki yang berprofesi sebagai polisi itu menelfonnya, lalu langsung mengatakan kalau istri gemuknya sedang berada di rumah kosong yang menyeramkan.
Perempuan itu sempat menolak dibawa pulang, namun Al langsung menyeret paksa masuk ke dalam mobil.
"Gimana? Qia bakal dicerein kalo Debay udah lahir?"
Rahang Al mengeras. "Jaga ucapan kamu Qiana!"
"Yang buat Qia mikir gitu siapa? Dari dulu A'a ga pernah berubah, selalu ninggalin Qia kalau ada perempuan lain," Qiana memalingkah wajah ke samping, menggigit bibir bagian dalam agar tidak terisak.
"Kamu tau kan Qi, Reni lagi butuh bantuan saya."
Qiana langsung terisak. "Salah Qia apa A'? A'a ko sampe tega bentak Qia."
Al mengusap rambutnya frustasi, melempar bingkai foto pernikahnnya dengan perempuan yang sedang terisak itu hingga hancur. "Saya ga bentak kamu! Saya cuma tegasin, saya bantu Reni karna kemanusiaan. Itu kan yang selalu kamu ajarin ke saya. Harus saling menolong."
Sontak saja Qiana berdiri dari duduknya, menyorot muak pada laki-laki ini. "Dengan ninggalin Qia yang jadi bahan ketawaan orang-orang di supermarket itu!"
Seketika Al langsung bungkam, menatap sendu wajah sang istri.
"Pertama Qia gertiin, A'a bilang Qia tunggu di sana dan A'a bakal balik lagi. Tapi apa? Qia udah nunggu lama tapi A'a ga dateng, Qia jadi bahan ketawaan dan dikatai gila. Qia malu!!" Badannya mundur saat Al akan memeluknya.
Sakit hati rasanya kembali mendapat perlakuan tak enak yang diberikan laki-laki ini.
"Jangan peluk, Qia ga mau. Qia mau ikut Ibu Letta! Qia mau pergi aja. Ga mau disini," tangisnya semakin kencang.
*
Sedangkan di luar Vian sedang menahan kedua tangan sang istri yang berniat melerai pertengkaran Al dan Qia. Karena Vian pikir Al dan Qia butuh privasi.
Lagian mereka sudah sama-sama dewasa untuk bisa menyelesaikan masalah masing-masing.
"Lepasin Mas, aku gigit nih!"
"Ga! Yang ada semuanya makin runyam gara-gara kamu."
"Halah! Bilang aja Mas ada di pihak Al," tandas Ella tajam, meronta kencang berharap cekalan sang suami terlepas.
Vian memutar bola mata malas, mendengar tuduhan istri galaknya ini. "Ella! Dengerin Mas, Mas tau kamu sayang sama Qia. Tapi kamu juga harus ngerti kalo mereka sudah sama-sama dewasa untuk bisa selesein masalah, mereka juga butuh privasi."
Rontaan Ella mengendur, menatap takjub sang suami. "Mas tadi pagi sarapan apa?"
Vian mengeryitkan dahinya. "Nasi putih, sama ikan lele goreng. Kan kamu yang masakin, emang kenapa?"
"Ko tadi bisa bijak gitu ngomongnya."
Tangan Vian menoyor jidat wanita bar-bar ini gemas. "Mas kira apaan!" vian membawa sang istri ke dalam kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Kampret! || END
Romance[Sebagian chapter di privat, follow untuk membacanya] [Sequel Possessive Windower Tail Two] Gadis yang duduk dikursi roda itu tertawa cekikikan, saat mengingat hal konyol yang dilakukan laki-laki ini saat ijab kabul. Sedangkan Al berdecak malas seka...