15. Keributan

8.1K 688 55
                                    

Wajah Ella tertekuk dengan bibir mengerucut sebal, menatap sang mantu yang sudah dianggap sebagai anaknya dengan geram.

Ingin rasanya Ella menendang bokong berisi Qia, namun apalah daya ia terlalu sayang dengan gadis berpipi kelebihan muatan itu.

"Ganteng kan Mom?"

Ella memutar bola mata malas, kepala sekolah itu memang ganteng, bahkan gagah, namun kalau istrinya sampai 4 untuk apa?!

Buang ke laut aja biar sekalian dimakan hiu.

"Masa Mom mau dijadikan istri ke-5! Astaga mau ditaruh di mana muka Mom yang cetar kaya Danella?!"

"Bukannya Danella itu nama Mom sendiri?"

"Kan Mom cantik Qi!" Bangga Ella mengangkat dagu tinggi, persis seperti Al ketika sikap songongnya muncul.

Jadi pengen cubit ginjalnya.

Tapi takut dosa, gimana dong?

*

"Mom ikut ke Mamang sayur engga? Soalnya persediaan di kulkas udah pada habis."

"Ikut lah, dari pada Mom mati bosan di rumah, mending belanja sekalian kenalan sama tetangga sini," jelas Ella senang, berjalan di samping Qia, mantunya.

Qia berjalan keluar membawa kantong belanjaan sendiri dari rumah. "Dad masih kumat Mom?"

"Kumat apaan Qi?"

"Tadi pagi yang Mom bilang kumat itu."

Ella menjentikkan jari ke udara. "Iya, masih kumat."

"Penyakit apa Mom?"

"Penyakit mager."


"Mulut kamu gerak-gerak kenapa Qi?"

"Eh.. ga papah Mom, lagi senam bibir aja," Qia menyengir bodoh.

Ella mengangguk percaya. "Mom suka di sini, sejuk, ramai juga."

"Mangkanya Qia lebih pilih rumah sederhana dari pada Mansion atau Apartemen, Qia mau Abang sama Ade terbiasa hidup dalam kesederhanaan, jangan mewah aja."

Mendengar penuturan gadis belia di sampingnya membuat senyum tipis hinggap di wajah Ella, umur boleh masih muda tapi pemikiran jauh lebih dewasa dibanding dirinya.

"Di sini Qi tempatnya?" Tanya Ella, menatap sebuah kedai sederhana.

"Iya Mom, hayu masuk."

Ella mengangguk, di sini serba tidak berlebihan. Ia nyaman.

"Masallah, Neng Qia udah lama ga kesini, udah bisa jalan aja," Sapa wanita seusia Ella dengan senyum keibuan miliknya.

Qia tersenyum. "Iya Bu Dini, alhamdulillah."

"Mom mana? Perasaan tadi ada di samping Qia. Apa mungkin lagi cari sesuatu," Qia bermonolog kembali mencari belanjaan yang memang diperlukan.

Suami Kampret! || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang