10. Gagal Reunian

9.5K 740 19
                                    

Ternyata alasan di balik diamnya Al itu karena Al melihat Qia mengobrol dengan Pian tempo hari. Qia mengerucutkan bibir sebal dengan tingkah Al yang membuat orang langsung terkena darah tinggi.

Dan bahkan dengan gamblang Al mengatakan kalau jiwa laki-lakinya tergores karena Qia mau menerima botol minum yang diberikan Pian, bahkan meminumnya sampai habis.

Orang ia haus jadi wajar dong, ada orang kasih botol minuman langsung serobot.

Jangan salahkan dirinya, salahkan saja Al dengan sifat tidak pekanya.

Yang membuat Qia tidak habis pikir adalah Al membuang jepit rambut yang Pian berikan sebagai kado perpisahan. Sebagai gantinya Al memberikan setumpuk jepit rambut dengan berbagai warna dan bentuk.

Ingin rasanya ia tukar tambah laki-lak bangkotan itu dengan satu lusin piring cantik.

"Saya sudah belikan setumpuk jepit rambut, dan kamu malah ga pake! Sedangkan jepit rambut yang diberikan mantan kamu itu selalu kamu tempel di rambut!"

Plak... Plak... Plak...

"Pian bukan manta Qia A'!" kesalnya sembari melayangkan pukulan pada lengan kekar Al.

Al mengibaskan tangannya tidak percaya. "Ga percaya, buktinya waktu itu dia sampe nyentuh kepala kamu!"

Ngeyel banget sih nih laki, sleding boleh tidak?

"Mau ke mana kamu?!" geram Al saat melihat Qia memasukkan baju dalam lemari ke koper berukuran sedang.

"Minggat!"

"Nama kamu udah tersemat marga saya, jadi tidak ada kata kabur apa lagi cerai, terus cari suami baru!"

"Iya sultan," aku menundukkan badan seperti seorang putri kerajaan, lalu melempar senyum konyol.

Sebutan itu membuat Al mengangkat dagu tinggi. "Karna saya sultan, jadi kamu sebagai dayang harus patuh!"

Brakkk...

"Sampe kaget saya!" napas Al memburu, mengelus dadanya sabar saat Qia melempar kencang kopernya hingga terbentur tembok.

Qia kembali mengambil kembali koper yang tadi dilempar. "Sekalian jantungan!"

"Sembarangan kamu!"

"Lagian siapa suruh sebut Qia dayang!" Dengan kasar Qia mulai kembali memasukkan seluruh baju yang sudah kekecilan di badannya ke dalam koper.

Al menaikkan sebelah alisnya, lalu menarik kedua tangan Qia agar berhenti memuat baju-bajunya ke  dalam koper. "Terus kamu mau saya sebut apa?"

"Maemunah!"

Anggukan Al membuat setan bar-bar di dalam Qia semakin membara ingin segera mencekik leher Al hingga putus.

"Minggir!" sentak Qia galak.

"Ga!" ketus Al, malah memeluk erat tubuh Qia.

"Awas, Qia mau taruh kopernya ke gudang," berontak Qia kencang.

"Gudang? Koper?" Beo Al heran.

Nggaku IQ mau tinggi, gini aja ga bisa tebak.

Dasar abal-abal!

"Ini itu baju yang udah kekecilan di tubuh Qia, jadi mau Qia taruh di gudang. Biar nggak menuhin lemari," jelas Qia sedetail mungkin. Lalu menuntun Al keluar kamar. "Nih kopernya, sekalian bawa ke gudang," Perintah Qia memberikan kopernya ke tangan Al. "Satu lagi, malam ini Al tidur di luar ya!" Cetusnya sembari menutup pintu kamar.

Brakkk...

"Sialan!" umpat Al saat pintu kamarnya sudah terkunci rapat dari dalam. Dengan sebal Al menarik koper itu, lalu meletakkannya di gudang.

Suami Kampret! || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang