Ella menyenderkan kepalanya pada bahu sang suami, Vian. Senyumnya terukir lembut menatap keluarga kecil putranya sedang tertawa lepas di pinggir kolam renang.
"Aku bahagia melihat mereka tertawa lepas Mas, tapi kadang aku sedih saat tiba waktunya aku pergi dan tidak bisa berkumpul bersama lagi."
Vian mengetatkan rahangnya. "Bicara apa kamu ini La?!"
"Umur kita sudah tak muda lagi, aku hanya takut di pagi hari aku sudah tidak bisa membuka mata."
"Jangan ngomong sembarang ah."
Kepala Ella mengangguk singkat, mengecup lama pipi suaminya. "Yang harus Mas tau, aku cinta dan sayang sama Mas."
Seperti biasa wajah Vian merona malu, membalas mengecup pucuk kepala istrinya berkali-kali. "Mas lebih sayang dan cinta kamu La."
"Terima kasih atas waktu yang telah kita habis dari muda hingga tua," lirih Ella memejamkan matanya, nyaman rasanya saat Vian memberikan kecupan berkali-kali pada atas kepalanya.
"Jangan pernah ninggalin Mas duluan, biar Mas yang pertama. Karena tanpa kamu semangat hidup Mas ikut hilang."
Ella terkekeh, menepuk paha Vian keras. "Kenapa kita jadi sedih gini sih?"
"Kamu duluin suasana kaya gini," protes Vian tidak terima, mengelus-elus pelan bekas tabokan istrinya yang terasa panas.
"Tiba-tiba pengen bicara kaya gitu aja sih Mas," jujur Ella dengan tampang jenakanya.
"Nanti siang aku mau ke rumah Kak Gita. Pas mampir ke sini dia ngerasa nyaman jadi mau pindahan ke komplek juga."Kepala Vian mengangguk. "Kalo mantu kita bukan Qia mungkin kita juga ga bakal ngerasain rasanya tinggal di rumah kecil tapi hangat itu kaya apa."
"Aku aja suka di sini, mana tetangganya ramah-ramah. Terus bisa ngerumpi sepuasnya lagi."
Tangan Vian menoyor kepala istrinya. "Dosa!"
"Perempuan tanpa ngerumpi itu bagai hape ga ada kuota, rasanya hampa dan tak berguna."
Vian mengelus dada sabar melihat kalimat nyeleneh Istrinya yang sama aneh nya dengan pola pikir wanita itu.
Ada saja kelakuan juga tutur katanya yang membuat orang kejang-kejang kesal.
*
"Qi, kalo saya mau nambah anak boleh?"
Qiana yang sedang memblender jus Alpukat untuk Ano, dan Ain langsung memicing sengit ke arah suara tadi. "Nikah lagi aja sana, terus buat anak yang banyak."
"Saya maunya kamu yang ngasih. Lagian Arum juga udah bisa duduk." protes Al dengan wajah memelas.
Tangan Qiana bergeram menuangkan jus yang telah selesai di buat pada kimpul milik si kembar. "Boleh aja sih."
Mata Al berbinar. "Saya mau nambah anak 4 aja, ga usah banyak-banyak."
"Asal yang ngondol di perut A'a, yang lahiran A'a. Qia ambil bagian ngidamnya aja."
"Mana bisa begitu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Kampret! || END
Romance[Sebagian chapter di privat, follow untuk membacanya] [Sequel Possessive Windower Tail Two] Gadis yang duduk dikursi roda itu tertawa cekikikan, saat mengingat hal konyol yang dilakukan laki-laki ini saat ijab kabul. Sedangkan Al berdecak malas seka...