49. Sadar

6.2K 467 61
                                    

Tiga hari berlalu tapi Ella belum juga membuka matanya.  Ia rindu tawa dan juga kecerewetannya yang bahkan bisa membuat suasana rumah menjadi heboh.

Qiana mengelap kasar air mata yang lagi-lagi mengalir begitu saja saat teringat fakta bahwa Vian sudah lebih dulu berpulang.

Perasaan cemas, takut dan juga sedih melebur begitu saja.

Kecelakaan beruntun yang menewaskan beberapa orang termasuk Vian juga membuat orang luka-luka itu di akibatkan karena supir Mini Bus yang ternyata mabuk saat mengendarai mobilnya.

Hingga mobil yang di kendarai kedua mertuanya itu ikut menjadi korban dari tragedi tersebut.

"Nanti Qia bilang apa sama Mom kalo Dad Vian udah ga ada?" Qiana terisak menutup wajah dengan kedua telapak tangan.

Sekarang Qiana berada di ruangan di mana Ella di rawat. Sedangkan Al dan juga anak-anak sedang menghadiri acara pernikahan Dokter Rian juga Kinar. Al sempat memaksanya ikut, namun dengan tegas ia menolak dan hanya menitipkan salam. Ia hanya mau menunggu Ella membuka mata dan memanggil namanya.

"Tiga hari Mom Ella ga makan sama minum apa-apa. Hayo bangun, nanti Qia masakin makanan kesukaan Mom kalo bangun," Qiana mengelus punggung tangan pucat itu pelan. Kulit tangannya sudah keriput, tapi tangan itu lah yang selalu membantunya bangun dari keterpurukan. Tangan yang selalu mengelus atas kepalanya dan menghantarkan rasa hangat di hati kini terkulai lemas.

Ia rindu.

"Permisi."

"Yah?"

"Kami harus mengontrol perkembangan Ibu Danella," ucap Dokter Indra dengan satu Suster di sampingnya.

"Silahkan," jawab Qiana pelan. Berdiri dari samping ranjang Ella lalu beringsut mundur.

Pemeriksaan dilakukan dengan serius. Qiana menunggu was-was hasil dari Dokter Indra. Bahkan walaupun wajah Dokter Indra itu gantengnya mengalahkan Dokter Rian, Dokter Rehan, Al, Pian, bahkan bahkan Nathan tak membuatnya mampu menghilangkan rasa cemas yang sedang menyelimuti hati.

"Pasien tidak ada perkembangan sama sekali. Bahkan denyut nadinya semakin lemah."

Mata Qiana berkaca-kaca. "Pasti gara-gara Mom Ella ga makan sama minum yah?"

"Tidak seperti itu. Pasien mendapat asupan nutrisi dari cairan infus. Maksud saya di sini, sepertinya pasien tidak punya keinginan hidup."

"Ga mungkin. Mom Ella sayang sama Qia, jadi pasti Mom Ella bangun," Qiana kembali duduk di samping ranjang pesakitan Ella.

"Kita akan melakukan hal terbaik untuk Ibu Danella," ucap Indra dengan sorot mata sungguh-sungguh. Suster di belakangnya juga ikut tersenyum menenangkan ke arah Qiana.

"Suster Jenar tunangan sama Dokter Indra yah?" celetuk Qiana tiba-tiba saat manik mata melihat dua cincin yang sama di jari mereka.

Keduanya salah tingkah mendapat pertanyaan itu. Membuat Qiana terkekeh pelan. "Cocok kok. Suster Jenar cantik dan Dokter Indra juga tampan. Semoga kalian sampai pelaminan yah."

Pipi Jenar memerah. "Terima kasih atas doanya."

Indra yang melihat itu terkekeh. "Kami akan mengundang kamu ke acara pernikahan nanti."

Suami Kampret! || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang