Bab 09 ✓

31K 2.3K 67
                                    

Saya selalu ingetin buat ngeklik bintang dipojokan dulu sebelum baca. Banyak banget yang siders😭

Happy reading, semoga suka😊

***

Gila pusing banget, batin Dion. Tangannya secara reflek memegang keningnya.

Matanya mengerjap untuk mengembalikan kesadarannya.

Oh, udah sampe rumah, batinnya ketika melihat langit-langit berwarna abu-abu di ruang tamunya. Dion mencoba bangkit untuk meminum air putih hingga jaket miliknya terjatuh ke lantai. Hidungnya mengernyit setelah mencium aroma minyak kayu putih yang biasa dipakai keponakannya.

"Mbak Viola maen ke sini?" monolognya.

Tanpa memusingkan itu Dion beranjak ke dapur untuk mengambil segelas air putih dan juga membasuh wajahnya.

Memutar keran Dion berucap, "Alkohol sialan!" umpatnya. Dion kembali mengernyit ketika melihat sebuah sup dalam panci miliknya. "Ini mbak Viola beneran dateng?" monolognya lagi. Kemudian ia menghidupkan kompor elektrik untuk menghangatkan sup tersebut.

"Ah sial! Kesiangan gue," ujarnya ketika melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 8. "Mas Ardo pasti ngelunjak ditambah lagi istrinya udah masakin gue sup gini, ajg! Astaghfirullah jangan gitu!"

Bergegas Dion mengemasi dirinya.

***

"Kok pucet banget?" tanya Qorina, salah satu baby sitter di sana ketika melihat kehadiran Alana. "Bibir lo kenapa?" tanyanya lagi, soalnya ia melihat ada luka di bibir bagian bawah Ana.

Ana menyentuh bibirnya, ia meringis kala menyentuh area luka itu. Ana tidak bisa memasang lipstik di bibirnya karena luka tersebut, makanya ia terlihat pucat. Sialan! Ana mengutuk kejadian tadi malam.

"Kejedot tembok toilet, tadi gue kesiangan buru-buru eh kepeleset," alibinya. Masa iya dia harus bilang, gue dipaksa ciuman sama mantan gue? Ya enggak lah.

Mengingat ciuman, hatinya kembali sakit, entah mengapa perlakuan Dion tadi malam benar-benar membuatnya seperti wanita murahan seperti ia katakan.

"Ana?"

"Hah?"

"Yey ditanya malah ngelamun," tegur Qorina.

Ana menyengir. "Lo ngomong apa?"

"Gue nanya, lo udah sarapan belum? Katanya kesiangan," ulang Qorina.

"Belum, enggak sempat. Mau neraktir gue?"

"Yee maunya! Makan bekal gue aja," tawar Qori.

"Makanan lu ga enak," Ana berucap songong.

"Asu, ngelunjak lu ye!" ujar Qorina.

"Jin Qorin gaboleh nyumpah ... bangsat, bagus ngucap sholawat," ujar Ana terkekeh.

"Serah lu, Anakonde!"

Ana tertawa. "Gue beli aje, bekal lu ya lu lah yang makan," ujarnya

"Enggak usah ngeyel ah, dimakan dulu, makan siang nanti kita sama-sama beli," ucap Qori, ia mengambil bekal miliknya lalu memberikan pada Ana.

"Karena lo yang maksa, ok dengan sangat terpaksa gue makan ini." Ana langsung melahap bekal milik Qori. Sebenarnya Alana belum makan dari kemarin sore dikarenakan bar sangat ramai ditambah lagi insiden gila itu.

Qorina mencibir, "Katanya makanan gue ga enak, lahap tuh."

"Ada yang gratis, lumayan."

"Yee! Gratis darimana, gue catet dalam buku bon tuh!" ujar Qori.

CIUMAN (Cinta Untuk MANTAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang