Bab 36✓

21K 1.1K 37
                                    

Sesuai jadwal, hari ini Ana kembali berkuliah.

Berkuliah dengan syal di leher pada saat cuaca panas begini adalah hal yang sangat gila baginya. Namun, ia harus menggunakannya mengingat ada beberapa jejak yang terpampang nyata di lehernya itu.

"Alana, kamu sakit?" tanya seseorang mahasiswa yang merupakan teman kelas Ana.

Ana meneguk ludahnya, wanita itu mengangguk pelan, bibir pucat yang tidak terpoles lipstik itu membantunya untuk berbohong.

"Kenapa masuk? Udah minum obat belum?" tanyanya lagi. Perhatian seperti itu adalah hal yang lumrah untuk makhluk sosial seperti kita.

"Udah, Jes. Aku masih kuat ikut kelas kok," jawab Ana.

"Nih, pake lip cream gue aja. Biar enggak pucet-pucet amet." Jessi langsung mengulungkan sebuah lip cream dari merek kosmetik ternama miliknya.

Ana menyambutnya lalu menyapukan kuas lip cream itu pada bibir penuhnya.

"Makasih, Jes," ujar Ana.

Jessi mengangguk sebagai jawaban.

Suar dentingan ponsel terdengar di ponsel Ana.

Pulang jam brapa? Aku mw jemput.

Mngkn agak sore

Sip, smngt kuliahnya sayang🤗

Ana hanya membaca WhatsApp itu lalu memasukkan ponselnya ke dalam tas, tak lupa ia men-silent-kannya. Mata kuliah pun dimulai sebagaimana mestinya.

***

Seharian di kampus membuat Ana lelah, waktu istirahatnya ia potong untuk membaca pelajaran mata kuliah selanjutnya. Ana ingin cepat menyelesaikan SKS nya agar dapat mempersingkat waktu pendidikannya.

"Alana, baru pulang?" tanya seseorang yang mulai menyamai langkah Ana.

Ana tersenyum, ia mengangguk lalu berkata, "Iya Pak, Bapak sendiri baru pulang?" tanya Ana.

"Oh, enggak, saya udah pulang tadi cuma handphone saya ketinggalan jadi balik lagi." ujarnya.

"Pak Theo pelupa ya," Ana tertawa kecil entah mengapa berada di samping dosennya ini tidak membuatnya risih. Entah karena rupa Theo ini rupawan dan bersih atau hal lainnya Ana pun tidak tau.

"Saya ini memang pelupa, bahkan caranya jatuh cinta aja saya udah lupa," celetuk dosen itu.

Ana mengerjapkan matanya mendengar celetukan tersebut.

"Bercanda, Alana," ujar Theo. Lalu mereka tertawa kecil.

"Eh, kamu kenapa? Sakit?" tanya Theo, nampak sekali guratan khawatir di wajah rupawan itu.

Ana tersenyum kecil. "Iya, Pak, tapi udah agak mendingan." jawabnya.

"Kenapa masuk kuliah? Coba WhatsApp saya aja, biar saya ijinin."

"Saya masih mampu kuliah, Pak, sayang beasiswa dari perusahaan dibuang cuma-cuma," kata Ana.

"Kesehatan lebih penting Alana, yaudah kamu saya antar pulang sekalian ke apotek," ajak Theo.

"Makasih Pak, enggak usah. Saya juga udah punya janji sama temen," tolak Ana. Ia mengedarkan pandangannya ternyata sudah ada orang yang menunggunya. "Itu dia orangnya," tunjuknya.

Theo pun memandang arah tunjukkan Ana. "Pacar ya?" goda Theo.

"Ah? Itu, temen aja Pak," ujar Ana tersenyum kikuk. "Mari, Pak, duluan."

CIUMAN (Cinta Untuk MANTAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang