"Assalamualaikum, Mama," ucap Dion.
Wanita yang sedang menyiram tanaman itu menoleh, melihat orang asing bersama anaknya ia langsung mengenakan jilbab rumahan.
"Waalaikum salam, kok balik lagi?" tanya wanita itu. Ia mendekati Dion, dengan cepat Dion mencium punggung tangan ibunya lalu disusul Alana.
Dion yang sekarang ini sangat berbeda dengan Dion di rumahnya dulu. Tau kan kalau laki-laki itu memang susah berada di rumah? Alasannya karena ia kurang nyaman berada di rumahnya sendiri. Namun, ketika ia berada di sini rasanya berat untuk meninggalkan orang di hadapannya ini, aneh bukan? Ya, itulah ikatan batin antara ibu dan anak, tidak bisa dibohongi.
"Mau ngenalin calon mantu sama Mama, sekalian ijin mau nikahin Alana sebelum ke Kalimantan, Ma," ujar Dion.
"Yee, enteng bener ente ngomong, emang ngurusin pernikahan gampang? Takut diambil orang kayaknya tuh," sambung Nike yang menggantikan Diana menyiram tanaman.
"Diem lu, Preman, kayak udah pernah nikah aja!" ujar Dion. Semenjak ia bertemu Nike kemarin Dion memiliki sebutan khusus untuk adiknya, Preman. Itu cocok untuk Nike yang memiliki tampang sangar.
Nike hanya menyinyir mendengar ucapan saudara barunya itu.
Alana yang melihat pertengkaran kecil itu hanya bisa tersenyum kikuk. Dengan memberanikan diri, Alana memperkenalkan dirinya.
"Saya Alana, Buk, teman Dion."
"Ralat, Ma, pacar yang sebentar lagi jadi istri aku," ralat Dion.
"Kebelet kawin," nyinyir Nike lagi.
"Diem lu, anak kecil minggir, ini percakapan orang dewasa." usir Dion.
"Mon maap aja yak, gue udah punya KTP," ujar Nike.
Diana hanya menggeleng melihatnya, selama ini selalu sepi, entah mengapa semenjak kedatangan Dion rumah ini menjadi ramai akibat perdebatan Dion dan Nike.
"Ayo kita duduk dulu," ajak Diana.
Setelah duduk, mereka pun langsung membuka percakapan.
"Emang Abang serius mau nikahin Alana?" tanya Diana.
"Serius, Ma," jawab Dion.
"Alana?"
"Saya masih kuliah, Tante, lagipula kita masih terlalu cepat untuk berumah tangga," ujar Ana.
Ia bukan tidak mau untuk menikah, apalagi dengan Dion, tentu saja ia sangat ingin. Namun, menikah bukan hanya sekedar rasa ingin mengikat, menikah adalah kesiapan seseorang tentang bagaimana ia harus berpikir matang sebelum bertindak, kesiapan seseorang dalam menanggung beban pernikahan. Alana sudah menikah satu kali, rumah tangga yang kacau balau sudah pernah ia lewati maka dari itu ia ingin pernikahan terjadi saat ia benar-benar merasa siap menanggung semuanya.
"Alana, kenapa sih? Terlalu cepat gimana? Di luaran sana banyak orang seumuran kita udah punya anak dua," ujar Dion.
"Dion, bukan karena itu, kamu tau kan aku pernah gagal membina rumah tangga? Aku enggak mau hal itu terulang lagi," jelas Ana.
Mata Diana menyipit kala mendengar penjelasan Ana. Wajahnya yang ramah kini berubah datar. "Apa maksudmu dengan kata pernah gagal?" selidik Diana.
Ana menelan ludahnya, ia kira Diana tau kau dia seorang janda, ia pikir Dion sudah memberi taunya.
Ana menundukkan kepalanya. "Saya sudah pernah menikah, Tante," ujar Ana. Jangan tanyakan lagi jantung Ana, rongga dadanya terasa sempit akibat kuatnya debaran jantung.
KAMU SEDANG MEMBACA
CIUMAN (Cinta Untuk MANTAN)
Romance*** Mari follow akun ini untuk mendapatkan notif lainnya :) Bersenang-senanglah! *** [17+] Dia playboy tetapi hanya memiliki satu mantan. Dia perayu ulung tetapi sulit untuk pacaran Dia tampan? Jelas, bahkan ponakannya saja menyetujui hal itu. Dia k...