Bab 18✓

24.3K 1.5K 23
                                    

Haloo, apa kabar? Semoga kalian baik2 aja ya, mohon maaf atas keterlambatannya, semoga masih ada yang stay dengan cerita Dion ini :')

Baiklah, sebelum membaca diharapkan untuk menekan tombol bintang ya teman-teman:')

Happy Reading!

***

Setelah menjenguk sang ponakan, Dion bergegas datang ke sebuah acara. Dalam acara tersebut Dion menjadi motivator karena keberhasilannya dalam menjalankan dua perusahaan sekaligus. Acara ini merupakan acara wisuda, sudah tiga tahun belakangan ini Dion selalu menjadi motivator pada acara wisuda universitas itu.

Setelah memberikan motivasi yang kiranya bermanfaat, Dion turun podium dengan tepukan meriah dari mahasiswa yang akan mendapatkan gelar itu.

Ia tersenyum, kemudian berjalan tegap dengan wibawa yang ia miliki tentu saja hal itu membuat para hadirin terpana. Wajah rupawan, smart people, public speaking-nya bagus, prestasi dimana-mana, benar-benar Dion adalah pemuda yang patut dijadikan contoh bagi generasi penerus bangsa.

"Selamat, Pak Dion atas keberhasilan Anda. Kampus kita tercinta sangat beruntung karena diisi oleh motivator sekeren Anda," ujar sang pembawa acara. Orang-orang kembali memberikan tepukan meriah kepada Dion.

Dion hanya tersenyum dan mengangguk, sebenarnya ia malas mengikuti acara wisuda seperti ini tetapi sebagai CEO berjaya Dion harus memberikan contoh yang baik.

Acara selesai ditandai dengan selesainya sesi foto dan pembacaan doa. Dion pulang ketika selesai berfoto dengan para wisudawan dan wisudawati. Sebenarnya ia tidak pulang ke rumah, melaikan pergi ke rumah sepupunya. Keadaan rumah sedang kacau karena insiden di rumah sakit itu, sampai sekarang Dion juga belum menemukan titik terang masalah susunan keluarganya.

***

"Megan-maksud saya, Pak Bayu, saya-"

"Panggil 'Mas Bayu' jangan 'Pak', entar saya dikira sudah tua," ujar laki-laki yang berada di kemudi mobil tersebut.

Ana memejamkan matanya guna menahan emosi. Kan emang udah tua, batinnya. "Tapi, Pak-"

Pak Bayu langsung meletakkan jarinya ke bibir Alana. "'Mas', tidak ada bantahan, sayang," ujar pak Bayu.

Ana menoleh ke samping guna melarikan jari tangan di bibirnya. Ia menghela napasnya, sekarang sudah pukul setengah 3 tetapi mereka belum sampai juga ke gedung dilaksanakannya acara wisuda itu padahal acaranya jam 1 siang. Ana membiarkannya karena malas untuk membuat topik dengan pria bertubuh tambun di sampingnya ini.

"Kita mau ke mana, Pak-maksud saya, Mas?" tanya Ana ketika mobil ini tidak mengarah ke gedung wisuda tetapi berlawanan arah dengan alamat yang akan mereka tuju.

Pak Bayu tersenyum di balik kumis yang gundul di tengah-tengah itu. "Kita tidak jadi ke acara wisuda," ujarnya.

Dahi Ana mengerut. "Loh, Pak? Kan kita janjinya ke acara wisuda?" protesnya. Ana mulai was-was dengan Meganthropus modern satu ini.

"Kamu udah cantik begini sayang banget kalo ditunjukkin sama orang ramai, aku mau ajak kamu makan romantis aja. Aku enggak suka ditolak ya, sayang, ingat hutang ibumu akan lunas jika ngikutin kemauan aku," ujar pak Bayu.

Ana bersandar pada kursinya, kembali ia menghela napas. Hutang? Ya kata-kata itu ialah kelemahan Ana, iapun mengikuti saja kemauan lelaki paruh baya di sampingnya ini.

Tak berapa lama mobil yang dikemudi oleh pak Bayu berhenti di sebuah restoran berbintang. Ia turun mengelilingi mobil kemudian membukakan pintu untuk Alana. Ana hanya pasrah menyambut uluran tangan pak Bayu, ia tersenyum paksa.

CIUMAN (Cinta Untuk MANTAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang