Bab 17✓

25.2K 1.6K 17
                                    

Halooo, jangan lupa bintang dan komentar yaaa

Selamat membaca!

***

Duk!

Tiba-tiba kening Ana menghantam sebuah punggung yang dilapisi kain hitam.

"Jalan tuh pake mata!"

"Ma-maaf, Pak. Saya enggak sengaja," ucap Ana.

Dion menghela napasnya. Tujuannya membawa Ana adalah untuk menemani ia membawa dua ponakannya. Tapi jika Ana mengantuk seperti ini bagaimana ia bisa membawa bayi itu?

"Masuk!" titah Dion.

Ana mengerjapkan matanya, ini sudah di parkiran. Dan di depannya ini adalah pintu mobil, jadi artinya dia disuruh masuk mobil dong?

"Masuk ke mana, Pak?" tanya Ana setengah sadar.

Dion berdecak. "Masuk ke mobil, Alana!" geram Dion, dia gemas sekali dengan Ana yang nampak linglung itu.

"Hah?" tanya Ana. Ia tidak begitu jelas mendengar ucapan Dion ini.

Lagi-lagi Dion berdecak. "Budeg!" ketusnya. Ia membuka pintu lalu memasukkan Ana ke dalamnya.

Ia memasangkan seatbelt Ana, ketika mata mereka bertemu pandang terjadilah acara pandang-pandangan. Seperti dalam film, tatapan Ana membius Dion untuk terus menatap mata sayu yang nampak lelah itu. Tiba-tiba mata Dion teralihkan pada bibir penuh Ana, bibir yang pernah ia cicipi beberapa waktu lalu. Dion meneguk ludahnya, ia menggeleng dan langsung memalingkan wajahnya.

Sialan! Bibirnya pengen nyipok mulu, gaj bisa ngerem kalau lihat bibir nganggur.

Dion berdehem guna mengusir rasa canggung yang mereka ciptakan. Mobilnya langsung melaju menjauhi kantornya.

"Sebenarnya Anda membawa saya kemana, Pak?" tanya Ana. Perlahan ia sudah memegang kendali kesadarannya.

"Wajah kamu kenapa kayak monster gitu?" tanya balik Dion.

"Pak, saya bertanya--"

"Saya juga nanya," potong Dion. "Kenapa mata kamu serem gitu? Kamu sakau?" tanya Dion.

Ana menghela napasnya. "Saya bertanya pada Anda, mengapa membawa saya kabur seperti ini? Saya masih bekerja, Pak."

"Tidur di jam kerja?"

Ana terdiam, ya dia salah tentang hal itu.

"Enggak tidur semaleman hingga molor di jam kerja?" tanya Dion, sebenarnya tanpa Ana menjawab Dion sudah tau jawabannya.

"Saya tidur, Pak."

Bohong, Ana tidak tidur lagi setelah kembali dari club. Ia melanjutkan kembali karangan bunga dan rajutan yang harus terselesaikan hari ini. Makanya rasanya ia mengantuk sekali sekarang.

Dion hanya terdiam, ia fokus menyetir mobil.

"Pak, saya—"

"Diem dan ikuti aja perintah saya,"

Ana terdiam, ia tidak tau mau bertanya apalagi. Berhubung Dion bosnya maka ia akan menuruti tingkah absurd Dion ini.

Sudah hampir setengah jam mereka berjalan tetapi belum ada tanda-tanda mobil itu akan berhenti.

"Pak, ijinkan saya berbicara," ujar Ana.

Dion berdehem mengiyakan.

"Saya sudah meminta ijin kepada Anda perihal ijin tidak masuk setelah jam istirahat, dengan Anda yang membawa saya tanpa kejelasan seperti ini waktu saya akan terbuang percuma," ujar Ana.

CIUMAN (Cinta Untuk MANTAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang