Bab 51✓

17.7K 1.2K 31
                                    

Mata lebam, bibir sobek, kepala diperban, serta menggunakan kursi roda membuat keadaan Dion seperti habis melawan ratusan siswa yang melakukan aksi tawuran.

"... dengan ini terdakwa Resty Vazquez kami nyatakan bersalah. Dengan hukuman minimal 20 tahun penjara dan maksimal seumur hidup."

Tok tok tok.

Pukulan palu itu membuat Dion tersenyum senang dan juga sedih. Di sisi lain ia puas dengan hukuman yang diberikan kepada Resty, di sisi lain ia merasa ini adalah hal yang tidak benar karena biar bagaimanapun dia adalah orang yang pernah merawatnya.

Resty terlibat dalam kasus narkoba. Ia memang bukan pemakai tetapi ia adalah pengedar. Ditambah lagi dengan beberapa kasus korupsi yang ia lakukan di beberapa perusahaan termasuk perusahaan Dion di Kalimantan. Dan juga pencemaran nama baik yang dilaporkan Dion.

Hukumannya hanya 20 tahun penjara dengan denda nominal yang besar. Hukuman ini merupakan hukuman ringan mengingat Dion tidak mau terlalu jauh menyiksa sang mantan ibu tirinya.

Keluar dari ruang persidangan dengan di dorong Diana. Dion ditemani anggota keluarganya. Sebelum keluar, ia sempat memberikan pelukan kepada Resty. Wanita paruh baya itu nampak linglung setelah ia dinyatakan bersalah.

"Dion," panggil Justin.

Dion menoleh, ia melihat Justin mendekat ke arahnya.

"Maafin mama kamu ya, Papa enggak akan minta kamu bebasin dia karena mama kamu memang bersalah atas kasus narkoba itu." ujar Justin.

"Aku tau, Pa. Aku udah maafin, karena aku enggak mau nyimpan dendam," ucap Dion.

Kini Justin beralih pada Diana. Wanita yang 25 tahun lalu pernah terlibat dalam peristiwa yang akhirnya memunculkan Dion. Tidak ada yang salah dalam peristiwa itu karena mereka berdua adalah korban.

"Maafkan tingkah istriku. Aku juga minta maaf karena telah gagal menjadi seorang ayah untuk Dion," ujar Justin.

"Pa, Papa adalah orang terhebat yang aku punya. Papa adalah panutan untukku jika aku menjadi seorang ayah nanti, Papa enggak gagal menjadi seorang ayah." ujar Dion.

"Benar apa kata Dion. Kamu enggak gagal, tidak ada ayah yang gagal dalam mendidik anaknya. Hanya saja Dion ini bandel, makanya sulit ngurusin." Diana tertawa diikuti tawa orang yang berada di sana.

"Dion, itu wajah kamu kenapa? Pake kursi roda juga, kamu enggak ngasi tau Papa?" Justin bergidik ngeri melihat kondisi Dion. Entah apa yang terjadi, mungkin Dion ini telah mengalami kecelakaan mobil sehingga membuatnya seperti ini.

"Biasa, Pa, anak muda," jawab Dion. Tidak mungkin ia memberitahukan ini kepada ayahnya bisa-bisa malah makin parah luka yang ia dapat.

Justin hanya menggeleng. "Gimana yang di Papua?" tanyanya.

"Ada temenku yang mau ngelola, aku serahin ke dia aja. Aku takut enggak bisa normalin, butuh biaya besar. Aku enggak mau kelilit hutang, mana di Kalimantan juga perlu duit," ujarnya.

"Kenapa enggak bilang Papa? Papa bisa bantu, kalau papa juga enggak mampu mas kamu pasti bisa," ucap Justin.

"Aku enggak mau ngutang, Pa. Om Robert juga udah mau bantu, tapi aku enggak mau," ujar Dion.

"Dia keras kepala banget, Justin. Padahal aku bisa bantu, ibunya juga. Tapi dia malah ngasihin perusahaannya ke temannya itu. Enggak habis pikir deh sama anak kamu." Robert tertawa.

Justin juga ikut tertawa. "Udah biasa sih," ujarnya. "Terus yang di Kalimantan udah beres?"

"Udah, temenku juga yang bantu."

CIUMAN (Cinta Untuk MANTAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang