Dion melirik pergelangan tangannya, jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Yang artinya dia tertidur selama tiga jam, lumayan juga.
"Alana?" panggilnya. Keadaan kantor sudah sepi sama seperti hatinya, ups.
Tidak ada jawaban dari yang namanya Alana itu. Dion berdecak kesal. "Udah pulang duluan?! Ok, emang enggak punya sopan santun tuh orang," kesalnya.
"Bosnya kan aku, kenapa dia seenaknya sendiri! Pamit kek apa kek, ini ngilang gitu aja. Emang hobinya kali ilang-ilangan gitu!" dumelnya lagi.
Dion mengemasi tas kerjanya, kemudian mandi untuk menyegarkan diri.
Selesai mandi Dion hanya menggunakan celana jeans dengan kaos oblong yang tertutupi oleh sweater hoodie berwarna hitam.
Keadaan kantor benar-benar sepi. Dion merasa deja vu, bukan deja vu lagi tapi memang benar pernah mengalami ini kemarin. Dan yah berakhir dengan mengantar Alana pulang.
Mobil Dion berjalan menuju rumah sang sepupu, Ardo. Ia merindukan ponakannya itu.
Tidak berapa lama, mobilnya langsung terparkir di halaman rumah.
"Oi orang rumah!" teriak Dion. "Tante Lia! Mas Ardo! Kak Viola! Dion nih," teriaknya lagi.
Karena belum ada jawaban untuk kesekian kalinya dalam hari ini Dion berdecak. "Pada budek kali ya!"
"Mas Ardo--"
Pintu terbuka menampilkan seseorang dengan wajah datarnya.
"Ngapain kamu?"
"Mau masuk," jawab Dion.
"Enggak boleh."
"Ikan sarden saus tomat, bodo amat! Minggir!" ucap Dion.
Ardo mendelik. "Enggak! Mama kamu pesan ke saya kamu enggak boleh masuk!" ucapnya.
Dion menatap sepupunya datar. "Varo! Ini uncle Dion!" teriaknya.
Seorang anak laki-laki berlari dari arah dalam.
"Uncle Dion!" seru Varo. "Hai Uncle, Varo punya pacal baru lagi," lapor Varo. Udah tau kan Varo ini adalah murid kesayangan Dion dalam kelas menjadi laki-laki sejati.
"Kamu ngajarin anak saya apa, Dion?!" kesal ayah Varo.
"Ngajarin supaya enggak kolot kayak bapaknya," jawab Dion.
"Saya sumpahin--"
"Apa? Sumpahin enggak punya pacar? Enggak bisa move on? Sumpahin aja terus sampai mulut Mas Ardo meledak kayak petasan!" potong Dion.
Dion beralih pada Varo yang berdiri di samping ayahnya. Ayah dan anak itu kompak sekali menutup akses masuk Dion. "Emang ga takut Varo ikut-ikutan nyumpah kek Mas?"
Ardo hanya menatap sinis sepupunya itu. Ia tentu saja tau, hanya saja jika berhadapan dengan Dion rasanya ingin mengomeli habis-habisan laki-laki gagal move on itu.
"Varo mau ikut Uncle enggak? Tidur di apartemen Uncle," ajak Dion.
"Enggak boleh--"
"MAU!" sorak Varo, ia berjingkrak-jingkrak senang. "Ayah! Ayah! Varo nak tidul di rumah Uncle Dion, Ayah harus bolehin!" ucapnya.
"Tapi kan Varo ngompol, nanti bakal nyusahin Uncle," jawab Ardo. Sebenarnya dia tidak mau memberi ijin anaknya, tau saja Dion itu ajarannya enggak bagus untuk anaknya. Bisa jadi pulang nanti anaknya juga seperti Dion, sesat.
"Yey! Makasih Ayah, ayo Uncle kita pelgi," Varo langsung menarik tangan Dion. Sedangkan Ardo hanya melongo melihat tingkah sang anak yang sangat bar-bar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CIUMAN (Cinta Untuk MANTAN)
Romance*** Mari follow akun ini untuk mendapatkan notif lainnya :) Bersenang-senanglah! *** [17+] Dia playboy tetapi hanya memiliki satu mantan. Dia perayu ulung tetapi sulit untuk pacaran Dia tampan? Jelas, bahkan ponakannya saja menyetujui hal itu. Dia k...